Chapter 15

289 40 7
                                    

BUGH!

"BAJINGAN!" Teriak Chandra memukul telak Reno yang bahkan tidak melawan. Pihak kepolisian pun tidak mencegah, tahu akan kekuasaan seorang Abraham.

Chandra benar-benar mengeluarkan seluruh amarahnya. Memukul, menendang dan apapun yang bisa membuat seluruh amarahnya mereda.

"CHANDRA UDAH!" Lerai Sonya dengan menahan Chandra untuk tidak melakukan lebih.

"Dia bisa mati Chandra!" Tamparnya pelan pada pipi suaminya itu.

Chandra langsung menatap tajam Sonya yang masih menahannya. "Dia udah hancurin anak aku dan kamu bilang untuk tidak membunuhnya?!"

"Dia rusak hidup anak aku, dia hancurin sesuatu yang amat berharga darinya. Aku ayahnya, Sonya." Lanjut Chandra getir.

Chandra menunjuk perut Sonya. "Aku yang berusaha jaga dia bahkan sejak masih dalam kandunganmu, walau akhirnya aku kehilangan dia. Dan Ayah mana yang tidak sakit hati saat bertemu putrinya tapi dengan keadaan seperti ini, Sonya."

Sonya memejamkan matanya. "Aku tau, aku tau, Chandra. Karena aku Ibunya."

Alana mendengarnya, mereka semua mendengarnya. Alana berlari menuju Ayah kandungnya yang sudah kembali berdiri sejajar dengan polisi.

Berhenti tepat didepan Ayahnya itu. Memukul keras dada sang Ayah dengan kepalan tangannya.
"Ayah jahat, Ayah jahat!" Alana menangis meraung pada sang Ayah yang hanya bisa menunduk, entah menyesal atau apa.

"Kak Azel juga anak Ayah. Tapi kenapa Ayah jahat? Kenapa?! Kenapa, Ayah?!"

"Dia bukan anak Ayah." Reno menjawab raungan putrinya.

"Ayah tau kalo Kak Azel bukan anak Ayah, tapi kenapa Ayah biarin Kak Azel ngalamin ini semua. Harusnya Ayah berterima kasih sama Kak Azel." Tatapan sendu dengan penuh kekecewaan itu Alana layangkan pada pria yang ia sebut sebagai Ayah.

"Kak Azel udah ngasih semuanya, Ayah. Kak Azel korbanin semuanya untuk kita." Alana meluruh. "Alana kira Ayah hanya kasih luka fisik. Tapi hari ini, Alana tahu betapa bejatnya Ayah. Alana malu Ayah, Alana malu sama Kak Azel. Alana benci sama Ayah."

PLAK!

Tamparan itu berasal dari tangan kecil Dira yang melayang tepat pada pipi sang Ayah. "Kak Azel selalu bilang, gak boleh benci Ayah. Kurang baik apa Kak Azel, Yah? Disaat semua yang Kak Azel punya Ayah rebut. Tapi Kak Azel masih bisa bicara seperti itu. Dibanding rasa sayang, rasa benci Dira lebih besar, dan setelah Dira denger semuanya, Dira bahkan gak punya kata yang lebih besar dari benci yang bisa Dira kasih untuk Ayah." Dira menghapus kasar air matanya.

Tatapan penuh dengan kekecewaan besar, Reno dapatkan dari semua putrinya, termasuk Kinan dan Elena yang berada tidak jauh darinya.

DOR!

Mereka terkejut. Melihat Reno yang sudah melayangkan satu tembakan pada Reno yang sudah tergeletak dengan darah disekitarnya. Sonya sendiri bahkan tidak menyadari jika Chandra sudah tidak ada sebelahnya.

"CHANDRA!" Sonya berlari menghampiri Chandra di lantai dua, bisa ia lihat tatapan Chandra masih lurus menatap tajam tubuh Reno yang sudah tidak berdaya.

"KAMU GILA?!" Sonya menepuk keras pipi Chandra, mengambil alih pistol yang digenggam Chandra begitu erat hingga dirinya sulit melepaskannya.

"Dia pantas nerima itu." Suara rendah itu keluar dengan penuh penekanan.

"Tapi tidak dengan cara ini, Chandra!"

Chandra langsung menunduk, menatap Sonya yang menatapnya dengan mata memerah. "Bukankah tadi aku bilang, aku akan membunuh Reno, membalas seluruh rasa sakit putriku, dan sekarang yang perlu aku lakukan adalah menyeretnya kehadapan Azella dan membuatnya bersujud putriku." Tatapan tajam itu tidak juga berlalu, masih menghiasi netra tegas Chandra yang juga memerah.

"Disini masih ada anak-anak! mereka tidak sepantasnya melihat itu semua!" Jerit Sonya tertahan didepan wajah suaminya.

Chandra seakan tuli akan semua ucapan Sonya. Tatapannya hanya terfokus pada tubuh Reno yang sedang diurus polisi.

DOR!

Tidak ada yang menyadari, dibalik punggung anggota kepolisian, terdapat Rana yang juga mendengar semuanya, dirinya memegang pistol milik salah satu anggota kepolisian. Serta Rissa dibelakang Rana.

"Untuk penderitaan adikku."

DOR!

"Untuk kehormataan adikku."

"RANA!" Sonya berlari, memeluk tubuh Rana yang bergetar dengan tangan lurus menggenggam pistol.

"Udah, sayang." Sonya menangis, dirinya tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan mereka.

Rana menangis histeris. Memeluk erat tubuh sang Ibu. Sedangkan dibelakang, Rissa hanya diam, tapi dalam keterdiamannya ada amarah yang ingin sekali dirinya keluarkan.

Rissa menatap anggota polisi yang bahkan tidak mengucapkan apapun, hanya diam dengan membawa tubuh Reno yang sudah tidak bernyawa karena serangan tiga tembakan.

Semuanya hancur.















_________________

🫂🫂👉👈👋

Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang