Kinan tersentak dari tidurnya, memegang dadanya yang terasa berdebar kencang. Matanya mengedar bingung, hingga matanya menemukan jarum jam yang menunjukan pukul enam sore.
Mata Kinan berpendar, menelisik satu persatu barang dikamarnya. Dahinya mengernyit saat menemukan semua barang-barang yang dulunya sudah dirinya buang ada dikamarnya lagi.
Kinan membelak, bergegas turun dari kasurnya dan berlari turun kelantai bawah. Di anakan tangga paling ujung, netra Kinan memanas saat matanya tidak menangkap satu pigura besar yang sudah enam tahun lamanya menghiasi bagian utama rumah.
"Mama!" Teriaknya kembali melanjutkan larinya kebawah.
Kinan kembali mengedar bingung, mengapa rumah sangat sepi? Kemana semua orang?
Kinan tidak lagi bisa berpikir, lebih memilih melangkahkan kakinya pada objek yang selalu menjadi tujuan utamanya, tetapi tempat itu kini kosong tanpa objek favorite-nya. Tangannya meraba pelan tembok tanpa hiasan apapun disana. Dimana pigura dengan wajah kakaknya? Kinan pastikan akan memarahi habis-habisan orang yang telah melepasnya.
"Kakak—"
Happy birthday, Kinan~
Happy birthday~
Happy birthday~
Happy birthday, Kinan~
Disana, dalam pandangan jauh sekalipun, Kinan hanya memusatkan matanya pada satu eksistensi, langkah dengan penuh keraguan Kinan bawa untuk sepenuhnya mendekat padanya.
Rasanya ingin berteriak saat raga itu nyata adanya dapat Kinan lihat oleh netranya, dapat Kinan raba kehadirannya, "kakak ..."
Maka Kinan langsung memeluk erat raga yang amat sangat Kinan harapkan dapat dirinya peluk kembali, menangis pilu hingga isakan keluar tanpa suara, Kinan tumpahkan semuanya dalam dekap yang sungguh Kinan rindukan.
Semua orang kebingungan. Sonya lebih dulu menyerahkan kue ulang tahun berwarna merah muda itu pada Elena sebelum melangkahkan kakinya menuju putri bungsunya.
"Kinan," Sonya ingin melepaskan tangan Kinan yang memeluk erat Azella, tetapi tangan itu terlalu erat dalam merengkuh. "Kinan kenapa?"
Kinan menggeleng ribut, masih mengeratkan dekap erat pada sang kakak, hingga tangannya mengepal dibalik tubuh sang Kakak. "Kakak gak boleh pergi lagi." Batin Kinan selalu berteriak sejak beberapa menit lalu matanya menangkap raga sang kakak yang berdiri kokoh.
"Kinan,"
Sungguh, tangis Kinan kembali mengeras saat rungunya dapat menangkap kembali suara manis yang sudah enam tahun Kinan tak lagi terdengar. Kinan tidak tahu harus melakukan apalagi selain menangis dan memeluk.
"Kinan kenapa?"
Mata Kinan kembali terpejam kuat saat merasakan satu sentuhan lembut yang menyeka pelan keningnya. "Gak, gak boleh,"
"Kinan peluk Kakak terlalu erat, Kakak sesak nafas, Kinan."
Kinan tak mengidahkan ujaran itu, malah semakin mengeratkan tangannya dalam memeluk.
Chandra tak tinggal diam, memilih dengan sedikit paksa melepaskan dekap Kinan yang memeluk Azella terlalu erat.
"GAK! JANGAN!" Teriakan histeris Kinan membuat Alana yang menerima tubuh Kinan setelah lepas dari peluk, dengan terpaksa kembali melepaskan cekalannya dan membiarkan Kinan kembali memeluk tubuh Azella. "Gak... Kinan mohon, jangan ambil Kak Azel lagi." Lirihnya yang sudah kembali memeluk erat.
"Bisa Kinan jelasin dulu, Kinan Kenapa?" Sonya masih dengan lembut bertanya, tangannya mengelus lembut surai Kinan yang langsung menepis tangannya dan menggantikannya dengan tangan Azella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home [END]
FanfictionDunia tidak hanya selalu tentangnya. Ada kalanya bahagia, ada kalanya sedih. Seperti dirinya yang tidak mengharapkan apa-apa dari hidupnya, tetapi kebahagian datang mengubah seluruh pandangannya tentang hidup dan takdir. "Tidak ada kata yang lebih b...