Chapter 20

346 54 5
                                    

Tokyo, Jepang

Azella menatap berbinar menara Tokyo yang berkilauan di depannya. Ditemani oleh Akari Naomi, Psikiater yang membuat dirinya bisa menjadi Azella yang sekarang. Mereka datang mengunjungi Tokyo Tower untuk yang terakhir kalinya, mengingat bahwa besok dirinya sudah tak ada lagi disini.

Azella sendiri yang mengajak Naomi untuk mengunjungi menara Tokyo tersebut. Naomi pun mengiyakan tanpa pikir panjang, anggap lah bahwa ini terapi terakhir yang Naomi lakukan untuk gadis didepannya. Karena selama dua tahun dirinya melakukan terapi mental Azella, beberapa kali dirinya mengajak Azella untuk mengunjungi Tokyo Tower ini.

"Kita mau naik?" Azella mengangguk semangat. Menarik tangan Naomi untuk ia bawa menuju lift yang akan mengantarkan mereka pada Main Deck yang dimana berada dilantai dua menara tersebut.

"Kak Naomi harus temenin aku malam ini, karena besok kan aku udah pulang. Jadi nanti Kak Nao jangan kangen yah."

Naomi tersenyum, dirinya mengerti apa yang dibicarakan gadis didepannya. Dua tahun bersama gadis itu membuat Naomi mengerti banyak kosa kata Indonesia.

Sampailah mereka pada lantai dua Tokyo Tower. Pemandangan kota yang terlihat begitu indah dari atas benar-benar memanjakan mata.

"Kak Nao."

"Hmm."

"Azel sayang Kak Nao, makasih udah buat Azel sembuh." Azella tersenyum menatap Psikiater nya itu.

"Bukan karena aku, tapi karena Azel yang hebat." Azel tertawa mendengar pengucapan dengan aksen samarnya huruf R yang terdengar dari Psikiater nya.

Azella kembali menatap kedepan, kembali menikmati indahnya pemandangan Kota dari atas. "Tapi kalo bukan karena Kak Nao, Azel gak akan pernah ada disini, Azel gak akan pernah tau ternyata sebanyak itu yang menyayangi Azel, Azel gak akan pernah tau Papa memperjuangkan Azel sebesar ini, Azel gak akan pernah tau rasa sayang Mama sebesar itu hingga rela melepas Azel ke Negeri orang supaya Azel sembuh, Azel gak akan pernah tau kalo Azel berharga."

"Jadi terima kasih ya Kak Nao." Lanjutnya menoleh dengan senyum menggemaskan yang ditunjukan untuk Psikiater nya ditengah gemilaunya cahaya Tokyo Tower.

Naomi tersenyum. "Terima kasih juga karena Azel sudah bertahan sejauh ini, Azel Hebat! Arigatou nee."

"Sayang Kak Nao banyak-banyak!"

Naomi mengernyit. "Apa itu artinya?"

Azella tertawa. "Sayang." Kedua tangannya membentuk love diatas kepala.

"Kak Nao." Tunjuknya pada Naomi.

"Banyak-banyak." Merentangkan tangannya selebar mungkin dan mengayunkan nya.

Naomi tertawa gemas, ikut merentangkan tangannya dan menarik Azella untuk dirinya peluk seerat mungkin. "Kawaii!!"

☘☘☘

Azella duduk di meja belajarnya, mencoret abstrak kertas kosong didepannya. Setelah tiga jam lebih ia menghabiskan waktu bersama psikiaternya. Azella kembali kerumah dan mendapati semua orang yang sibuk akan barang bawaan yang akan mereka bawa besok. Azella Menghela nafas dan meletakan pulpen miliknya dengan sedikit kasar. Melirik pada pintu balkon kamarnya yang masih terbuka, berjalan menuju balkon berniat untuk menutup pintunya.

Tangannya terhenti di gagang pintu, mengabaikan angin malam yang menusuk kulitnya, Azella berjalan menuju balkon kamar. Pemandangan kota Tokyo tidak pernah gagal memanjakan mata. Matanya beralih pada langit malam yang menunjukan bintang-bintang cantik diatasnya.

Azella termenung melihat langit malam yang terlihat begitu indah, pikirannya berkelana entah kemana.

"Ibu."

Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang