Seumur hidup, Azella selalu dibayangi rasa takut. Takut akan makanan yang akan mereka makan esok hari, takut membuat adik-adiknya kelaparan karena dirinya yang tidak mendapat uang, takut tidak bisa membiayai kebutuhan sekolah adik-adiknya, takut tidak bisa melakukan yang terbaik sebagai sulung.
Dulu, yang selalu ia lambungkan harapannya hanya agar sang Ayah berubah, itu lebih dari cukup untuknya. Azella tidak pernah mengeluh, Azella tidak pernah bilang lelah walau bahunya terasa begitu berat akan semua tanggung jawab yang ia pikul.
Azella hanya ingin Ayah lebih memperhatikan putri-putrinya, Azella hanya ingin adik-adiknya mendapat peran Ayah yang layak, Azella hanya ingin Ayah berada dirumah, menghangatkan rumah dengan peran seorang Ayah. Tidak apa walau hanya dirinya yang bekerja keras untuk membiayai kehidupan mereka. Azella rela, asal Ayah pulang.
Azella selalu berpikir untuk apa dirinya dilahirkan jika hanya seperti ini hidupnya, hanya ada kesakitan yang selalu menghampirinya. Tapi dirinya sadar, ada empat gadis kecil yang masih butuh dirinya, setidaknya dirinya masih dibutuhkan.
Hingga hari dimana pandangannya sedikit berubah terhadap Ayah, hanya sedikit. Katakan bahwa Azella itu naif, karena sejak hari dimana satu-satunya yang paling berharga dari dirinya direnggut oleh Ayah. Dirinya hancur, tapi tetap menerima kehadiran lelaki paruh baya itu di hidupnya.
Azella tidak membenci Ayah, tidak. Tapi pandangan berbinar yang selalu Azella pasang saat Ayah pulang itu sudah hilang, selalu terbesit rasa takut saat Azella melihat kehadiran Ayah.
Kini, setelah Reno menghancurkan pandangannya tentang seorang Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Chandra datang sebagai seorang Ayah yang begitu didambakan oleh anak perempuan, melihat betapa hancurnya Chandra saat Azella kehilangan segalanya, mendengar dengan kedua telinganya sendiri bahwa Chandra menembak lelaki yang menghancurkan Azella-nya. Dirinya akhirnya tahu tentang semua istilah Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya dan Ayah pahlawan bagi anak perempuannya.
Dimalam yang dingin ini, Azella terisak hebat, tubuhnya bergetar, duduk bersandar pada pintu, menggigit lututnya untuk meredam suara tangisnya.
Azella tahu bahwa sang Ayah ada dibalik pintu kamarnya, ikut menangis bersama dirinya. Azella mendengar semua ucapan positif yang dilontarkan Chandra padanya, mendengar semua cerita Chandra tentang dirinya yang bahkan masih dalam kandungan sang Ibu.
Azella merasa tidak pantas berada disini, dirinya terlalu kotor untuk menempati rumah megah milik Abraham. Dirinya merasa kecil, seperti seekor anak kucing yang tersesat dihutan liar.
Tapi dibalik pintu, semua kalimat yang dulu ia harapkan keluar dari mulut Reno, kini dengan mudahnya ia dapatkan dari Chandra membuat dirinya berpikir. Mungkin dirinya tidak berharga untuk semua orang, tapi dirinya berharga untuk sebagian orang, terutama bagi kedua orangtuanya yang begitu mencintai dirinya.
Dengan kalimat panjang yang didongengkan sang Ayah dibalik pintu, mampu membuat Azella mengarungi mimpinya dengan perlahan, bersama dengan kepalanya yang terasa begitu sakit karena terlalu banyak menangis, dirinya berharap ada mimpi indah yang datang untuk sedikitnya mampu mengusir seluruh pikiran negatif yang hinggap dikepalanya.
☘☘☘
Sonya tidak mengerti, dosa apa yang ia lakukan dimasa lalu hingga putrinya menerima semua penderitaan ini. Ibu mana yang tidak menangis saat melihat kehidupan putrinya yang seperti ini.
Kenapa harus putrinya? kenapa tidak dirinya saja? Jika bisa, serahkan semua penderitaan putrinya pada dirinya saja, jangan putrinya.
Sama seperti Azella-nya yang mengurung diri dikamar, dirinya pun sama, mengurung dirinya sendiri dikamar, menangisi takdir putrinya yang harus seperti ini, menangisi dirinya yang tidak becus menjadi seorang Ibu.
Menangisi dirinya sendiri yang gagal menjadi seorang ibu, entah itu bagi dua sulungnya maupun bungsu Azella-nya. Dirinya tahu, dirinya benar-benar menjadi Ibu yang gagal. Kehilangan bayinya sudah cukup membuat dirinya kehilangan separuh jiwanya. Tapi dengan bodohnya dirinya pun ikut mengabaikan dua sulungnya yang masih membutuhkan dirinya.
Sonya tahu dirinya salah, entah itu kepada dua sulungnya maupun terhadap Reno Atmaja.
Reno Atmaja, nama itu sudah lama Sonya dengar sejak dirinya menginjak perkuliahan. Reno merupakan mantan kekasihnya selama tiga tahun menjalin hubungan hingga akhirnya harus kandas karena orang tuanya yang tidak menyetujuinya, alasannya karena perbedaan kasta.
Sonya yang dengan berat hati memutus hubungan mereka karena tidak ingin membantah orang tuanya, membuat Reno marah hingga hubungan mereka kandas dengan tidak baik. Tidak ada lagi komunikasi diantara dirinya dan Reno. Hingga dirinya bertemu dengan Chandra, lelaki baik yang menawarkan hatinya dengan kelembutannya, dalam sekejap dirinya luluh hingga menjalin hubungan selama dua tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah.
Semua berjalan baik-baik saja, hingga ditahun ke tujuh pernikahan mereka. Ayah dari Chandra yang merupakan Ayah mertuanya tiba-tiba datang padanya dan menuduhnya mengandung anak lelaki lain. Sonya tidak terima saat bayi dalam kandungannya yang bahkan tidak tahu apa-apa menerima tuduhan itu semua.
Dirinya tahu Reno terlibat dalam semua yang terjadi hari itu.
Dan menjalin hubungan dengan Reno merupakan penyesalan terbesarnya, bagaimana bisa dirinya dulu mencintai lelaki bejat yang bahkan kini menghancurkan hidup putrinya. Dirinya amat sangat membenci lelaki bernama Reno Atmaja itu.
Sonya menangis didalam kamarnya, meraung pada tuhan untuk melepaskan semua penderitaan putrinya, memohon untuk tetap membuat putrinya ada disampingnya, dirinya tidak akan sanggup jika harus kehilangan lagi.
"Tuhan, kau tahu bahwa diriku tidak pernah meminta apapun selain kembalinya putriku. Hari ini, aku memohon kembali kepadamu untuk menyudahi semua penderitaan yang kau berikan padanya, sudah cukup akan kesakitan nya selama ini. Aku Ibunya, aku tidak kuat jika harus melihatnya selalu seperti ini. Jadi kumohon biarkan dia menikmati semua yang baru didapatnya sekarang, aku meminta dengan sangat memohon padamu." Tulusnya berdoa dengan lantunan tangis menyakitkan seorang Ibu.
____________________
Catatan :
Tidak ada ruginya jika hanya memencet bintang sebelum maupun setelah membaca. Begitu pula dengan komen, sempatkan dirimu untuk menyematkan komentar. Karena itu semua merupakan bentuk dukungan kalian dan semangat untuk aku menulis.Pastikan dirimu tidak menjadi silent reader, terimakasih😊
Satu lagi, terimakasih untuk kalian yang sudah menyempatkan vote dan komen🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Home [END]
FanfictionDunia tidak hanya selalu tentangnya. Ada kalanya bahagia, ada kalanya sedih. Seperti dirinya yang tidak mengharapkan apa-apa dari hidupnya, tetapi kebahagian datang mengubah seluruh pandangannya tentang hidup dan takdir. "Tidak ada kata yang lebih b...