"ZELLA!"
Nafas Rana menghembus keras, menghentikan langkah larinya dan segera menghampiri sang putri yang sudah berada digendongan suaminya.
Rana menyentil pelan kening putrinya. "Kamu nih ya, kenapa sih nyebelin banget?" Rana berkacak pinggang menatap putrinya yang hanya melengos.
Tanpa menjawab, Zella kembali berlari setelah lepas dari gendongan sang Ayah.
Zella berhenti didepan pigura besar Azella yang masih terpajang apik dikediaman Abraham setelah enam tahun berlalu.
"Aunty Azel," panggil Zella dengan melipat tangan kecilnya didepan dada, bersedekap dengan bibir cemberut. Mendongakkan pandangannya hingga bertemu dengan netra sang aunty yang bersinar cerah. "Bunda ngomel terus, bosen Zella dengernya." Ujarnya curhat.
Rana yang melihat dari kejauhan hanya memutar bola mata malas melihat kelakuan gadis kecil itu. Berjalan menghampiri putrinya dan berjongkok didepan sang putri. "Karena kamu nyebelin, makanya Bunda ngomel." Dijepitnya pelan hidung putrinya oleh kedua jarinya membuat Zella semakin merengut dibuatnya.
Rana menggendong pelan tubuh kecil putrinya. Berdiri dihadapan pigura besar Azella, bibirnya mengukir senyum lembut. Lalu tatapannya beralih pada gadis kecil digendongannya yang masih bersedekap dada. Satu tangannya menjepit kedua pipi putrinya dibawah dagu dan menggoyangkannya pelan. "Lihat, dia memiliki nama yang sama denganmu, tapi sifatnya sangat berbanding terbalik denganmu, Azella." Mencium gemas pipi gadis kecilnya, "dia nakal." Geramnya.
Zella menyingkirkan wajah sang Ibu yang masih menciumi wajahnya. "Ihh, jangan ngomong kayak gitu sama aunty Azel." Tangan kecilnya menggeplak pelan wajah Rana yang seketika merengut. Mata bulat Zella beralih pada wajah aunty-nya dalam pigura, "bohong aunty, Zella gak nakal. Aunty percaya kan sama Zella?" Rana mendengus geli melihat perubahan nada bicara putrinya yang melembut.
"Aunty Azel gak akan percaya,"
"Bunda diem!" Zella berontak dari gendongan Ibunya, membuat Rana segera menurunkan gadis kecil itu sebelum terjatuh.
"Aunty Azel pasti lebih percaya sama Zella. Bunda gak di ajak, Huh!" Zella mendongak dan berkacak pinggang menatap Ibunya yang juga melakukan postur yang sama dan menunduk menatapnya, membuat Julian- suami dari Rana yang melihat dari kejauhan hanya terkekeh, keduanya benar-benar seperti pinang dibelah dua.
"Kamu emang nakal, anak kecil. Gak usah membantahnya, aunty Azel pasti lebih tau kamu gimana."
"Gak! Aku anak baik ya buat aunty Azel!"
"Iya, buat aunty Azel doang, buat Bunda kamu jadi anak nakal." Rana dengan gemas meremat pipi putrinya yang langsung berteriak
"Biarin nakal!" Zella segera berlari setelah melepaskan diri dari jeratan kegemasan sang Ibu.
Rana menggeleng lelah melihat kelakuan putrinya itu. Tawanya bergema saat mendapati putrinya yang tersandung hingga tersungkur dengan kepala dibawah.
"BUNDA JAHAT!" Jerit Zella yang langsung berlari mencari Ayahnya.
Rana menghentikan sisa tawanya, tersenyum gemas melihat interaksi putrinya dengan sang suami yang begitu manja.
Rana berbalik menghadap pigura besar adiknya, senyumnya kembali terulas lembut. "Dia nakal, Azella. Dia tidak mirip denganmu." Tangannya mengelus pelan gurat wajah adiknya yang tidak terlekang oleh waktu, wajah itu masih menggemaskan, Azella-nya akan selalu abadi.
"Kakak rindu kamu, Azella." Senyumnya masih terulas tetapi matanya tidak bisa berbohong jika ia sungguh merindukan adiknya itu. Dirinya merindukan semua tentang Azella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home [END]
FanfictionDunia tidak hanya selalu tentangnya. Ada kalanya bahagia, ada kalanya sedih. Seperti dirinya yang tidak mengharapkan apa-apa dari hidupnya, tetapi kebahagian datang mengubah seluruh pandangannya tentang hidup dan takdir. "Tidak ada kata yang lebih b...