Don't expect too much!
***
Hari senin adalah hari yang sangat menyebalkan bagi siswa. Hari di mana mereka harus kembali bersekolah dan mengikuti upacara. Pagi ini seluruh siswa SMA Bumantara tengah berbaris di tengah lapangan untuk mengikuti upacara. Di barisan paling belakang, terlihat Ciara dan ketiga sahabatnya tengah berteduh di bawah pohon bersama Hakim, Bowo, dan Elzio. Mereka berani melakukan hal ini karena tidak ada yang mengawasi barisan belakang. Dibandingkan ketiga sahabatnya yang tengah santai, Novia malah terlihat gusar. Dia merasa tidak tenang karena takut ketahuan tidak mengikuti upacara dengan hikmat.
"Kalian santai banget, sih? Ngga takut ketahuan guru?" Tanya Novia sambil menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada guru.
"Lo kenapa sih, Nov? Orang kita masih di barisan. Santai aja kali! Nanti kalo ada guru tinggal berdiri lagi," Jawab Nisa santai sambil mengipasi wajahnya menggunakan telapak tangannya.
"Kalo gini caranya, skincare gw sia-sia dong? Panas banget, njir!" Gerutu Ciara sambil menghapus keringat di pelipisnya. Tapi sedetik kemudian dia menyesali ucapannya saat menyadari jika Elzio tengah menatapnya sambil tersenyum tipis. Tanpa Elzio sadari, sejak tadi Bowo tengah memperhatikannya yang diam-diam menatap Ciara.
"Jaga image lo, Ra!" Batin Ciara lalu berusaha menetralkan ekspresinya.
"Nov, baris ke depan, yuk!" Ajak Ciara lalu menarik pergelangan tangan Novia.
"Loh, Ra, makin sia-sia dong, skincare lo!" Teriak Nisa yang langsung mendapat pelototan tajam dari Sabrina.
"Pelanin suara lo, njir! Nanti ketahuan," Protes Sabrina yang membuat Nisa meringis sambil mengangkat kedua jarinya membentuk peace.
***
"Lo tadi ga ikut upacara?" Tanya Elzio saat Risa baru saja sampai di kelas.
Gadis itu hanya cengengesan mendapat pertanyaan dari teman sebangkunya. Risa memang selalu absen setiap upacara bendera, dan memilih untuk pura-pura sakit agar bisa tidur di UKS. Bahkan anggota PMR sampai bosan melihat Risa yang selalu ada di sana.
"Kepala gw pusing."
"Alesan aja lo!"
Risa tertawa mendengar respon Elzio. Hal itu membuat Ciara menoleh kearah dua sejoli itu dengan perasaan iri. Seharusnya saat ini Ciara yang berada di posisi Risa, bisa bercanda bersama Elzio. Tapi sepertinya harapannya untuk bisa bersama Elzio sudah pupus, apalagi saat mengingat pesan lelaki itu.
"Ra, gw pinjam buku catatan lo, dong," Ucap Sabrina yang membuyarkan lamunan Ciara. Tanpa menjawab, Ciara langsung mengambil bukunya yang ada di laci. Dahinya berkerut saat tangannya menyentuh sebatang coklat di samping bukunya. Ciara memeriksa coklat itu setelah menyerahkan bukunya pada Sabrina. Coklat itu terbungkus sangat cantik dengan sebuah surat kecil tertempel di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elzio [Pre-Order]
Teen FictionBagaimana jika mimpimu menjadi nyata? Bagaimana jika lelaki idamanmu datang ke hidupmu? Ciara tidak pernah menyangka jika lelaki yang ada di mimpinya benar-benar ada dan menjadi teman sekelasnya. Sayangnya hanya Ciara yang mengenalnya, sedangkan E...