Part 8

47 31 23
                                    

Titik tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan?

***

Di sebuah jalanan sepi, terlihat seorang gadis tengah berjalan cepat sambil menenteng barang belanjaannya. Dinginnya hembusan angin, membuat suasana semakin mencekam saat tak ada satu orang pun di sana.

"Horor banget, sih!" Gerutu Ciara sambil menatap lampu remang-remang yang hampir mati.

Sesekali Ciara melompat untuk menghindari genangan air di jalanan yang baru saja diguyur hujan. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat ada suara yang memanggilnya.

"Ra!"

Ciara menelan ludahnya dengan susah payah. Perlahan dia menoleh ke belakang, tapi dia tidak melihat siapa pun. Ciara mengelus tengkuknya karena merinding. Dia menghela nafas panjang untuk menghilangkan ketakutannya dan kembali berjalan. Langkahnya semakin cepat saat suara itu kembali memanggil namanya.

"Ciara!"

"Mama, tolong!" Teriak Ciara lalu berlari secepat mungkin.

"Lah, dipanggil malah ngibrit," Ucap Bowo yang baru saja naik dari selokan sambil menggendong anak kucing yang basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lah, dipanggil malah ngibrit," Ucap Bowo yang baru saja naik dari selokan sambil menggendong anak kucing yang basah.

***

Sesampainya di rumah, Ciara langsung menuju dapur dengan nafas terengah. Dia mengambil segelas air dan meminumnya hingga tandas.

"Kamu kenapa, Ra? Kayak habis dikejar setan," Tegur Ranti yang baru saja tiba di dapur untuk mempersiapkan makan malam.

"Kok mama tau?" Tanya Ciara menatap Ranti bingung.

"Lah, emang beneran? Mama cuma bercanda loh."

Ciara menghela nafas panjang dan beralih duduk di kursi meja makan tanpa menyimpan barang belanjaannya. Aryo yang baru saja selesai mandi, ikut duduk di samping Ciara.

"Papa baru pulang?" Tanya Ciara menatap Aryo.

"Iya, kamu dari mana, Ra?"

"Dari indomaret depan, pa," Jawab Ciara yang membuat Aryo mengangguk paham.

"Oh, iya, papa tau jalan sepi deket indomaret itu ga?"

"Tau, katanya kalo habis hujan, penunggunya suka menampakkan diri," Jelas Aryo sambil memakan tempe goreng yang baru saja Ranti sajikan.

"Hah? Papa serius di sana ada penunggunya? Tadi Ciara dipanggil-panggil, pa, waktu lewat sana," Tanya Ciara dengan wajah serius dan mulai merinding sendiri.

"Papa ini malah nakut-nakutin anak sendiri," Tegur Ranti yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan antara ayah dan anak itu.

"Lah, papa kan cuma cerita. Itu aja papa  tau dari satpam komplek," Jawab Aryo santai.

Elzio [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang