Hari ini semua siswa XI MIPA 3 sama sekali tidak bersemangat. Dengan malas mereka mendengarkan Bu Enri yang tengah menjelaskan menggunakan bahasa inggris. Beberapa di antara sesekali menguap, termasuk Nisa dan Sabrina. Sedangkan Novia terus fokus dengan penjelasan Bu Enri meskipun tidak paham sepenuhnya. Berbeda dengan Ciara yang sibuk mencoret-coret bukunya, dengan berani Zio tengah memainkan ponselnya yang dia sembunyikan di balik meja. Di pojok belakang kelas, terlihat Bowo yang sudah tertidur pulas tanpa beban. Sedangkan Hakim sibuk mengganggu Bowo yang tenang dalam tidurnya.
"Today I will divide into groups to make a job interview video," Ucap Bu Enri berbalik menatap muridnya.
"Saya ga paham, bu. Bisa pakai bahasa indonesia aja, ngga?" Celetuk Hakim yang membuat mata Bu Enri memicing.
Prak!
Sebuah penghapus papan tulis itu melayang dan menabrak tembok di belakang Bowo yang membuat seisi kelas menoleh ke arah Bowo. Lelaki itu pun terlonjak kaget.
"Anj-" Bibir Bowo terkatup rapat saat melihat Bu Enri yang menatapnya tajam.
"Bisa-bisanya kamu tidur di kelas saya!"
"Maaf, bu. Lagian saya ga paham sama yang ibu jelaskan, jadi saya tidur aja daripada ganggu ibu ngajar," Jelas Bowo yang membuat seisi kelas tertawa.
"Diam!" Tegur Bu Enri yang membuat semua siswa kicep. "Keluar kamu!" Titah Bu Enri pada Bowo.
Dengan senang hati Bowo beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan kelas. "Makasih, bu," Ucap Bowo saat melewati Bu Enri.
"Saya ngga sekalian disuruh keluar, bu?" Celetuk Hakim yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bu Enri. Hakim pun langsung ciut dan tidak berani menatap mata Bu Enri.
"Kalian itu disekolahkan untuk belajar, bukan bermain, apalagi tidur seperti teman kalian. Mau jadi apa kalian nanti kalau ngga serius saat belajar?" Tanya Bu Enri tapi tidak ada satu pun dari mereka yang berani menjawab.
Bu Enri menghela nafas panjang untuk meredakan emosinya. "Hari ini saya bagi setiap kelompok terdiri dari dua orang. Pertemuan kemarin kalian sudah saya minta untuk membuat dialog wawancara. Jadi sekarang saya ingin kalian memraktekannya dalam bentuk sebuah video," Ucap Bu Enri menjelaskan.
"Kelompoknya boleh pilih sendiri kan, bu?" Tanya Risa.
"Untuk kelompoknya, saya yang akan menentukannya," Jawab Bu Enri yang membuat seisi kelas bersorak kecewa.
Bu Enri pun mulai membagi kelompok. Novia dan Sabrina tersenyum bahagia saat nama mereka disebut dan menjadi satu kelompok. Berbanding terbalik dengan Nisa yang menekuk wajahnya karena satu kelompok dengan Hakim. Sedangkan Ciara terkejut saat namanya dipanggil setelah Elzio, yang artinya dia akan satu kelompok dengan lelaki itu. Jika saja Elzio belum memiliki pacar, Ciara pasti akan sangat senang. Tapi sekarang seperti ada sebuah rasa yang mengganjal di dalam hatinya. Ciara menoleh ke arah Elzio yang juga sedang menatapnya. Elzio tersenyum kearah Ciara, dan membuat gadis itu tidak dapat menahan kedutan di bibirnya.
"Bisa-bisanya gw senyum di saat hati gw sakit," Gerutunya dalam hati lalu kembali memperhatikan Bu Enri yang sedang memberi arahan.
Kringgg!
Bel istirahat berbunyi, menandakan jam pelajaran telah berakhir, berganti dengan jam istirahat. Bu Enri mengakhiri pertemuannya, dan semua siswa pun menghela nafas lega.
"Risa!" Panggil Ciara saat Risa beranjak dari tempat duduknya.
"Ada apa?" Tanya Risa saat Ciara sudah berdiri di hadapannya.
"Lo mau tukeran kelompok sama gw, ngga?" Tanya Ciara to the point.
Risa mengangkat alisnya sebelah, "Lo nolak berlian demi batu akik?" Tanya Risa yang membuat Ciara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Bukannya gitu, gw kan sama Bowo tetanggaan, jadi biar lebih gampang ngerjain tugasnya. Mau ya?" Ucap Ciara berusaha membujuk Risa agar mau bertukar kelompok dengan Risa.
Untuk saat ini Ciara tidak ingin terlalu dekat dengan Elzio demi menjaga kesahatan hatinya. Lagi pula Ciara merasa jika Risa tidak mungkin menolak satu kelompok dengan Elzio.
"Gw mau-mau aja sih, tapi-
"Tapi gw gamau," Tukas Elzio yang kini sudah berdiri di samping kedua gadis itu. Ciara dan Risa pun langsung menoleh kearah lelaki itu. Wajahnya terlihat datar namun penuh karisma.
"Bu Enri udah nentuin kelompoknya, ngapain pake tukeran segala?" Ucap Elzio yang membuat Ciara mengerutkan dahinya.
"Tapi kalo gw dan Risa sepakat tukeran kelompok, gw rasa Bu Enri ga akan keberatan," Jawab Ciara tidak mau kalah. "Lagian pengen banget lo, satu kelompok sama gw?" Ucap Ciara dengan nada sinis.
"Iya," Jawab Elzio singkat lalu berlalu meninggalkan Ciara dan Risa.
Tubuh Ciara mematung dengan bibir yang tertutup rapat. Dia kembali mencerna kata-kata Elzio, "Gw ga salah, dia pengen satu kelompok sama gw?" Batin Ciara bertanya pada diri sendiri.
Melihat Ciara yang hanya diam, Risa pun meninggalkan Ciara. Dia tidak mau ambil pusing dengan kelompok itu. Lagi pula Elzio sudah menolaknya, dan Risa sudah menerima keputusan lelaki itu.
***
"Ra, gw nebeng, ya?" Ucap Bowo saat Ciara tengah bersiap untuk pulang.
"Motor lo kemana?"
"Di bengkel, lagi diservis," Jawab Bowo jujur.
"Alah, modus aja lo, Wo!" Cibir Nisa yang membuat Novia dan Sabrina tertawa.
Bowo tidak menghiraukan ucapan Nisa dan kembali memohon pada Ciara, "Boleh ya, Ra?"
"Ya udah, ayo!" Jawab Ciara lalu melempar kunci motornya pada Bowo, dengan sigap Bowo menangkap kunci itu dan tersenyum senang.
"Gw pulang duluan ya, guys!" Pamit Ciara pada ketiga sahabatnya.
"Hati-hati, Ra!" Ucap Novia.
"Jagain sahabat gw ya, Wo!" Ucap Nisa saat Ciara dan Bowo mulai menjauh.
"Kalo lecet, lo yang gw gebukin!" Sambung Sabrina yang mendapat acungan jempol dari Bowo.
Sejak tadi Elzio terus memperhatikan interaksi antara Bowo dan Ciara. Entah kenapa Elzio merasa tidak suka jika Ciara dekat dengan lelaki lain, padahal mereka tidak ada hubungan apa-apa.
TBC>>>
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN DENGAN VOTE DAN KOMEN YAAA
SEE U NEXT PART
KAMU SEDANG MEMBACA
Elzio [Pre-Order]
أدب المراهقينBagaimana jika mimpimu menjadi nyata? Bagaimana jika lelaki idamanmu datang ke hidupmu? Ciara tidak pernah menyangka jika lelaki yang ada di mimpinya benar-benar ada dan menjadi teman sekelasnya. Sayangnya hanya Ciara yang mengenalnya, sedangkan E...