Part 14

40 20 18
                                    

Di ujung barat, sang surya mulai menyembunyikan wajahnya. Menciptakan warna jingga dan merah yang indah. Deburan ombak yang indah, membuat siapa saja yang menikmatinya menjadi tenang.

"Heh! Lo ngapain bawa gw kesini?" Tanya Ciara sambil memukul punggung Bowo saat lelaki itu berhenti di tepi pantai.

"Chill dulu lah, Ra. Bukannya lo suka traveling?" Ucap Bowo yang membuat Ciara mengerutkan dahinya.

"Tau dari mana? Lo diem-diem stalking gw, ya?" Tanya Ciara memicingkan matanya sambil menunjuk kearah Bowo yang kini sudah turun dari motor.

Bowo sempat terdiam beberapa saat lalu menarik pergelangan Ciara pelan agar turun dari motor, "Gw cuma nebak dari zodiak lo, sih. Lagian udah nanggung sampai sini, ayo!"

Ciara berdecak sebal, tapi tetap berjalan mengikuti Bowo. Bahkan Ciara tidak melawan saat Bowo masih menggenggam tangannya yang lebih tepatnya terlihat seperti seorang penggembala yang tengah menarik sapinya yang bandel. Setelah sampai di bibir pantai, Bowo melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Ciara. Bowo tersenyum tipis saat Ciara memakai jaketnya tanpa melawan, meski wajahnya terlihat masam.

"Nanti gw dicariin mama, Wo!" Keluh Ciara sambil membenarkan jaket Bowo yang terlalu besar di tubuhnya.

"Tenang aja, nanti gw yang akan ngomong sama Tante Ranti biar lo ngga di marahi," Ucap Bowo lalu duduk di atas pasir. "Sini!" Ucap Bowo sambil menepuk pasir di sampingnya agar Ciara duduk di sana.

Ciara menghela nafas panjang dan ikut duduk di samping Bowo. Ciara menutupi roknya yang pendek menggunakan tas agar tidak terbang diterpa angin. Ciara memejamkan mata saat angin laut menerpa wajahnya.

Bowo menoleh ke arah Ciara, sebuah lengkungan terbit di bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bowo menoleh ke arah Ciara, sebuah lengkungan terbit di bibirnya. Bowo merasa Ciara terlihat begitu cantik dengan rambut panjangnya yang berterbangan diterpa angin. Tangan Bowo terulur untuk mengusap kepala Ciara dengan sayang.

Ciara terkejut dan langsung menoleh ke arah Bowo. Awalnya Ciara ingin marah, tapi saat menatap Bowo dia merasa jika lelaki itu terlihat beda dari biasanya. Tidak ada wajah tengil dan menyebalkan di sana. Bowo terlihat sangat tampan dengan aura dominan. Bahkan Ciara baru sadar jika ternyata badan Bowo begitu tegap dan berisi.

"Bowo ternyata ganteng, ya?" Batinnya sambil menatap Bowo tanpa berkedip.

Bowo menyelipkan rambut Ciara yang menutupi wajah gadis itu, lalu dengan sengaja Bowo mencubit gemas pipi Ciara. "Bengong aja, terpesona sama gw, ya?" Goda Bowo dengan gaya tengilnya.

"Apaan sih?" Ucap Ciara gugup lalu kembali menatap senja di hadapannya.

Bowo tersenyum senang melihat pipi Ciara yang merona karena malu. Setelah itu tidak ada percakapan di antara mereka. Keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga sang surya menghilang. Langit pun menggelap bersamaan dengan lampu di tepi pantai yang mulai menyala satu per satu. Mereka memutuskan untuk pulang karena Ciara takut jika Ranti khawatir.

Sepanjang perjalanan keduanya sama-sama terdiam. Bowo melihat ke bawah dan menarik tangan Ciara untuk memeluknya. Lagi-lagi Bowo tersenyum saat Ciara tidak melawan ataupun marah.

Saat sudah mendekati rumahnya, Ciara segera melepaskan pelukannya pada Bowo ketika melihat Elzio tengah bersandar di motornya yang terparkir di depan rumahnya. Bowo yang menyadari alasan Ciara melepaskan pelukannya hanya bisa menghela nafas pelan.

"Zio, lo ngapain di sini?" Tanya Ciara setelah turun dari motor.

Bukannya menjawab, Elzio malah menatap Bowo dan Ciara secara bergantian.

"Zio!" Panggil Ciara sambil melambaikan tangannya di depan wajah Elzio saat lelaki itu terus menatap Bowo.

"Lo ngga pulang?" Tanya Elzio yang membuat Bowo menghela nafas pelan.

Bowo sangat paham jika Elzio sedang mengusirnya secara halus. Tapi dia tidak mau jika harus meninggalkan Ciara berduaan dengan Elzio. Apalagi orang tua Ciara sedang tidak di rumah. Pasalnya rumah Ciara terlihat sangat gelap, yang artinya tidak ada orang di sana. Bowo menatap Ciara yang juga tengah menatapnya. Ciara pun memberi kode pada Bowo agar segera pulang. Entah mengapa, tapi Ciara merasa ada aura tidak bersahabat di antara Bowo dan Elzio.

"Gw pulang dulu ya, Ra," Pamit Bowo. "Kalo dia macem-macem, teriak aja!" Lanjut Bowo sambil melirik ke arah Elzio. Sedangkan yang di tatap hanya menampilkan wajah datar.

"Emang kalo gw teriak, lo bakal dateng?"

"Engga, sih," Jawab Bowo yang di akhiri dengan tawa lalu beranjak pergi.

Ciara hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan Bowo. "Jadi, ada apa?" Tanya Ciara kembali menatap Elzio. Tapi bukannya menjawab, Elzio malah kembali bertanya.

"Kalian dari mana?"

"Kepo banget lo," Cibir Ciara. Dalam hati Ciara merasa senang karena Elzio terlihat seperti sedang cemburu dengannya. Tapi sedetik kemudian Ciara kembali disadarkan bahwa Elzio sudah memiliki kekasih. Jadi tidak mungkin jija Elzio cemburu pada Bowo.

"Ck, gw mau ambil jaket yang lo ambil alih kepemilikannya," Ucap Elzio sambil menyentil dahi Ciara.

"Awh! Lo bisa ngga sih, sekali aja ga usah nyentil dahi gw? Sakit, Yo," Gerutu Ciara sambil mengusap dahinya.

"Terus, lo maunya apa?" Tanya Elzio sambil membungkuk untuk mendekatkan wajahnya dangan Ciara.

Ciara reflek memundurkan kepalanya saat hidung Elzio hampir menyentuh hidungnya. Jantung Ciara berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya saat Elzio terus menatapnya dengan jarak sedekat itu. Ciara hampir saja terjatuh karena tidak kuat menahan posisinya, tapi dengan sigap Elzio menarik pinggang Ciara.

"Suara jantung lo kenceng banget, Ra," Goda Elzio yang berhasil membuat mata Ciara membulat sempurna.

"Apa, sih?" Ucap Ciara lalu mendorong Elzio agar menjauh dari tubuhnya, dan dia langsung berlari memasuki rumah.

"Gw ngga disuruh masuk, nih?" Teriak Elzio saat melihat Ciara meninggalkannya. Elzio tersenyum senang saat melihat pipi ciara merona karena malu. Entah mengapa Elzio jadi suka menggoda gadis itu. Mungkin saja setelah ini, menggoda Ciara akan menjadi hobi barunya.

"Nih, jaket lo. Pulang sana!" Usir Ciara setelah mengembalikan jaket Elzio.

Baru saja Elzio ingin protes, sebuah cahaya dari lampu mobil mengalihkan perhatian keduanya. Mobil itu berhenti di depan rumah Ciara.

"Ciara, ada tamu kok ngga disuruh masuk?" Ucap Ranti setelah keluar dari mobil bersama Aryo.

"Dia udah mau pulang kok, ma," Jawab Ciara dan memberi kode pada Elzio agar segera pulang.

"Malam om, tante. Saya Zio, teman sekelasnya Ciara," Ucap Elzio memperkenalkan diri lalu menyalami Ranti dan Aryo secara bergantian.

"Oh, kalo gitu masuk dulu, yuk! Kita makan malam bareng. Belum makan kan?" Ajak Ranti yang membuat Ciara memutar bola matanya malas.

"Makasih om, tante, tapi Zio harus pulang sekarang. Mungkin lain kali aja, Zio mampir," Tolak Elzio dengan sopan.

Ciara bernafas lega saat mendengar jawaban Elzio. Ranti dan Aryo pun tidak dapat menahan Elzio yang sudah menolak ajakannya. Setelah berpamitan, Elzio langsung meninggalkan rumah Ciara.

"Cie, jadi itu yang namanya Elzio?" Goda  Ranti yang membuat Ciara tersenyum malu.

"Mama apaan, sih?" Ucap Ciara sambil menetralkan ekspresi wajahnya. "Yuk, pa, masuk!" Ajak Ciara sambil memeluk lengan Aryo dan meninggalkan Ranti yang tengah tersenyum puas setelah menggoda Ciara.

TBC>>>

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN DENGAN VOTE DAN KOMEN YAAA

SEE U NEXT PART GUYS

Elzio [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang