Menyadarkan Nathan

1.5K 26 4
                                        

Setelah Ale merasa cukup untuk beristirahat, ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya untuk sekedar merenggangkan bagian tubuhnya yang kaku.

“Huhhhhh, hidup memang rumit. Tapi apa serumit ini?” Tanya Ale kepada dirinya sendiri yang kemudian membuatnya merasa sedih lagi.

“Aku harap kalian baik-baik saja Papa, Mama” ucapnya semakin menunduk melihat ke bawah.

Dalam kesedihan itu, seseorang mengawasi Ale dan kemudian memandangnya sendu.

“Sorry, I’ll be back after everything is done baby” ucapnya lirih kemudian menghilang. Ale menggaruk leher bagian belakangnya karena ia merasa sedikit merinding.

“Apa aku masuk angin ya?” tanya Ale kepada dirinya sendiri.

Ale kemudian membuka handphonenya dan ia melihat notifikasi panggilan tak terjawab puluhan kali dari Nathan. Ale menghela napas kasar kemudian memberikan pesan VN yang langsung dibaca oleh Nathan.

Ale duduk di ruang tamu sambil menonton TV selama beberapa puluh menit hingga ia tak menyadari kehadiran seseorang disampingnya.

“Kontol” teriaknya tiba-tiba ketika mendapati Nathan yang menatapnya tajam.

“Kak...hehe....” cengiran Ale ditunjukkan kepada Nathan yang tak memengaruhinya.

“Kenapa ga bilang?” tanya Nathan sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya dengan tetap memandang Ale dingin.

“Ya, itu deh ada kepentingan pokonya. Nanti kakak juga bakal tau” ucap Ale yang membuat Nathan semakin geram hingga ia mendekati Ale. Ale terpojok dan merasa hawa dingin mencekiknya.

“Oh sudah berani bermain rahasia ya” ucap Nathan sambil mengelus pipi kanan Ale dengan sedikit menekannya.

“Ih, apa dah kak. Bentar lagi mereka datang juga ga rahasia kok. Lagian kalau kasih tau duluan kakaknya juga ga bakal percaya hdh” Ale langsung menepis salah satu lengan kekar Nathan walaupun dengan sekuat tenaga.

Buset, nih orang kuat banget dah

“Huh” Nathan menghela napas kemudian kembali ke tempat duduk asalnya. Hingga mereka terdistraksi oleh kedatangan tiga orang.

“Ale, gue bawain makanan kesukaan lo ini hahahahaha” Alin benar-benar absurd. Meloncat kesana-kemari sambil membawa beberapa kantong membuat seseorang tersenyum kecil sehingga orang-orang tidak menyadarinya.

“Wih mau dong. Aw ayam kesukaan” ucap Ale ketika melihat bungkusan yang dibawa Alin.

“Eh ada Bang Nathan?” tanya Alin yang sebenarnya tak berguna. Sudah tau dia Nathan, kenapa tanya lagi?

Nathan hanya menganggukkan kepalanya membuat Alin tersenyum kuda.

“Nathan, ada perlu kamu kesini?” tanya Linara yang sebelas duabelas dengan pertanyaan Alin. Alariz memutar bolanya malas.

“Sepertinya ada yang harus kalian jelaskan bukan?” tanya Nathan to the point membuat Alariz dan Ale saling bersitatap.

“Jelasin aja om, kalau aku langsung ga bakal percaya dia” ucap Ale menatap sinis ke Nathan. Alariz paham dengan perselisihan itu.

“Baiklah. Jadi ini semua berawal saat insiden belasan tahun lalu. Saya harap kamu tetap tenang dan mendengarkan ini. Saat itu, Linara diculik dan ibu kandung Rey meminta saya untuk membawa Hansel dan Vedina. Saya saat itu kalap dan menurutinya. Saya tidak tau kalau kemudian ibu Rey meminta saya untuk mengeksekusi Hansel dan Vedina. Saya bingung, tentu saya tidak mau melakukan tapi disisi lain saya juga terpojok, Linara saat itu juga sedang hamil Alin di usia 8 bulan. Saat saya ingin menembak Hansel dan Vedina, tiba-tiba sebuah cahaya membuat distraksi saya dan kemudian saya melihat Hansel dan Vedina dalam posisi tengkurap. Saya ga yakin itu dan saat saya balik, itu bukan mereka. Wajahnya benar-benar berbeda, tapi saat posisi tengkurap, itu benar seperti Hansel dan Vedina. Posisi kamu saat itu diculik oleh orang suruhan ibu Rey. Entah apa yang mereka lakukan sehingga bisa mempropaganda kamu Nathan. Yang jelas, orang tua kalian itu sangat peduli, kepada siapapun tak terkecuali.” Alariz berkata panjang lebar sedangkan napas Nathan sudah tidak beraturan.

“Apakah itu kebenaran? Bagaimana anda bisa yakin? Apa bukti-“ belum selesai Nathan berkata, tiba-tiba Ale mencengkeram kedua bahu Nathan.

“Sadar kak, sadar. Cepat lo sadar. Lo ga boleh percaya sama antek-antek Medusa kak!” ucap Ale menatap serius kedua iris kata Nathan. Nathan terkesiap ketika ia tiba-tiba masuk ke dalam banyak kepingan memori di pikirannya.

Sampai beberapa saat, Nathan memegang kepalanya yang pusing dan wajahnya yang semakin memerah.

“Kak!” ucap Ale ketika Nathan menggeliat kesakitan.

“Mas, telfon dokter cepat” ucap Linara yang langsung disetujui Alariz.

“Bang..”ucap Alin khawatir melihat Nathan yang kacau.

“Ga mungkin” lirih Nathan sebelum pandangannya menggelap.

AlReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang