Rey sudah tahu

1.8K 60 3
                                    


"Oke oke gue bakal serius Ale." Alin memperhatikan dengan seksama kepada Ale.

"Gue bingung dalam banyak hal, dimulai dari sekolah gue gimana, terus kakak gue si Nathan, reaksi Rey dan kalaupun Rey nerima, gimana reaksi dari ortunya?."

Alin masih mencerna kata kata Ale, ia mengangguk anggukan kepalanya.

"Terus ya, si Rey itu nama lengkapnya sebenarnya bukan Reyvalka Leonand tapi Reyzav Madvenzi Pradirgantara, mati gue ngelihat tuh marga Pra.dir.gan.ta.ra" jelas Ale lebih lanjut dengan memberikan penekanan kata di akhir.

Ale lalu melamun, ia bingung memulai darimana dulu.

"Ale, gue memang ga ngerasain apa yang lo rasain. Tapi bukan berarti gue ga bisa kasih support"

"Mungkin lo bisa start dari ngobrol baik baik sama Rey, lo kasih kertas itu kalau ga percaya. Nah kalau Rey reaksinya positif dan mau bawa ke camer lo terima aja. Nah pas lagi dialog sama camer, gue harap harap positif hasilnya kan ya. Nah baru deh ke kakak lo."

"Tapi bila kejadiannya Rey afirmasi positif tapi keluarganya engga, gue saranin lo bawa kabur aja Rey terus kalian memulai hidup baru. Rey juga bukan tipikal orang bodoh ngegantungin hidup kekayaan ortu doang. Gue lihat dia juga kayaknya sibuk sama pekerjaan pribadi dia."

"Soal kakak lo biar didampingin sama Rey juga, soalnya kalian sama sama consent waktu ngelakuin itu jadi alangkah bagusnya lo sama Rey hadir ke Nathan"

"Nah kalau di Nathan ada pergolakan, ya tunggu aja beberapa waktu pasti bakal balik lagi kok. Karena gimanapun lo tetep adeknya" jelas Alin panjang lebar kepada Ale membuat Ale sedikit tersenyum dan tidak setegang tadi. Alin menepuk kedua bahu Ale.

"Makasih ya Alin, sumpah lo kalau dah mode gini bijak banget" Ale berkata sambil memberikan unsur candaan, membuat Alin tertawa.

"Hahahaha dasar lo" ucap Alin.

"Yaudah, ayo kita balik" Ale bergegas bersama Alin untuk kembali.

######

Setelah beberapa puluh menit akhirnya Alin sampai mengantarkan Ale dengan selamat sampai depan rumahnya.

"Makasih ya Lin, baik baik di jalan lo" ucap Ale sambil beranjak keluar dari mobil.

"Oke oke, gue duluan yaa" Alin menutup kaca jendelanya lalu memulai perjalanannya.

"Huh, hari yang melelahkan, walaupun hari hari lain juga melelahkan" gumam Ale sambil membuka pintu rumahnya.

Ale segera ke kamarnya lalu merebahkan dirinya sebentar.

"Akhirnyaa bisa merasakan kasur nyaman" Ale berguling guling tidak jelas.

#####

Sinar mentari mulai mengganggu mimpi seseorang yang tidur dengan pulas. Membuatnya terbangun secara bertahap.

"Hwaaaah jam berapa ini" ucapnya menguap sambil mencari cari handphonenya.

Ia melotot saat melihat jamnya.

"Anjrit mampus jam 5 pagi" ia segera bergegas untuk bersiap siap ke sekolah, ya tentu saja ia mulai dari membersihkan kamar hingga memasak. Bagi Ale, bangun jam 5 pagi adalah sebuah keterlambatan.

#

Selesai bersiap siap dan tinggal sarapan saja, Ale kembali membuka handphonenya dan melihat kolom chat yang belum ia buka.

Ale membuka chat tersebut, sambil menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

"Hmmmm, bagus deh beberapa hari ini aman" ucap Ale lalu menutup handphonenya.

Selanjutnya ia segera berangkat ke sekolah.

🏫

Ale berjalan melewati lorong lorong yang masih sepi, belum nampak banyak lalu lalang hingga ia masuk ke dalam kelasnya.

Selayang pandang pertama ia tujukan ke orang yang sudah datang lebih dulu, mereka saling menatap.

Ale segera menempati tempat duduknya lalu ia mendekati orang tadi.

"Rey, pulang sekolah jangan ekskul ya. Kita ketemuan di Resto De-walk, ada hal penting." ucap Ale kepada orang yang tak lain adalah Rey.

Rey tidak nampak heran dan memasang wajah biasa saja. Lalu ia mengeluarkan sebuah kalimat yang mampu membuat Ale tercengang.

"Perihal apa?Kehamilan?Udah tau" ucap Rey sambil menatap dalam Ale.

Ale sedikit menganga tak percaya, ingin ia mengeluarkan kata tapi seakan akan ada yang menahannya.

"Pulang nanti ke rumahku, ketemu sama orang tuaku" lanjut Rey yang menambah kelinglungan Ale.

Jadi gue dah dapat lampu hijau dari Rey?
Tunggu jangan senang dulu, masih ada ortunya eh camer dan kakak sendiri.

"Dah gausah dipikirin" Rey mengelus pelan kepala Ale sedangkan Ale masih terdiam. Banyak pikiran di kepalanya.

AlReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang