Kemarahan

4.2K 151 7
                                    

"Tinggal bareng sama aku mau?" Ucap Rey sambil tulus memandang Ale penuh harapan.

"Maksud kamu?" Ale masih mencoba memahami kata kata Rey yang sudah sangat jelas, maklumi saja dia masih mengumpulkan nyawanya dan efek obat penenang yang diberikan dokter tadi.

"Hmmmm, perlu pengulangan?"  Tanya Rey sambil memiringkan wajahnya dan dibalas dengan anggukan lemas Ale.

"Let's live together and enjoy it, baby" ucap Rey sambil tersenyum manis kepada Ale.

Ale yang juga paham karena dia adalah ketua ekstrakulikuler English Club memikirkannya.

Tatapan Ale masih bingung dan kosong, ia memikirkan sesuatu yang entah apa itu tidak bisa ia jabarkan.

"Heyyy" Rey sadar bahwa Ale sedang melamun dan menyadarkannya.

"E-eh, I want, really want that." Ale tersenyum dan mengelus rahang kokoh Rey.

Rey tersenyum semakin lebar sebelum sesuatu membuat senyuman itu pudar.

"Tapi tunggu ya, sampai keadaan aman" ucap Ale dengan tatapan penuh arti yang dimana Rey memahami itu.

"Oke, aku akan menunggu sampai waktu itu tiba" ucapnya yang membuat Ale menghela nafas panjang menandakan ia lega dengan jawaban yang didapatkan.

Ale semakin mengeratkan pelukannya ke Rey, begitupun sebaliknya.

Hingga sesuatu dari pintu menyadarkan mereka.

"Ehmmmm" deheman seseorang itu membuyarkan keromantisan mereka.

"Permisi, saya ingin mengecek keadaan pasien." Ucap dokter tersebut yang membuat Rey menggeram marah karena menganggapnya pengganggu.

Rey laly berdiri dari ranjang lalu melipat dada, ia memperhatikan apakah dokter ini macam macam kepada Ale atau tidak.

Dokter yang memahami keadaan ini pun hanya menghela nafas.

"Posesif sekali" tentu hal itu diucapkan di dalam batin dokter tersebut.

Setelah mengecek beberapa bagian, dokter tersebut pun membuka suara.

"Pasien sudah diperbolehkan untuk pulang, juga saya menemukan sesuatu yang bisa membuat penyakit pendukung panic attack pasien. Mohon pihak keluarga tetap mengontrol kesehatan pasien dan jangan sampai panic attack dalam kondisi parah datang" ucap dokter tersebut panjang lebar sambil memberikan beberapa kertas laporan kesehatan yang diberikan kepada Rey.

"Baik, saya mengerti" jawab Rey singkat membalas respon dokter tersebut sambil melihat catatan kesehatan Ale.

"Untun resep obat silahkan ke resepsionis dan saya permisi" ucap dokter tersebut lalu pergi dari ruangan tersebut.

Ale yang ingin segera pulang mencoba beranjak dari ranjangnya. Rey yang takut dengan keadaan Ale yang belum pulih sepenuhnya langsung membantunya.

"Hati hati" ucapnya sambil membantu Ale.

"Ish, aku cuma panic attack, bukan lumpuh" ketus Ale yang menganggap Rey berlebihan.

"Berani bantah ya sekarang" Rey memandang Ale sekilas dari atas hingga bawah lalu ia tersenyum miring membuat Ale menaikkan sebelah alisnya.

"Eeeehhhh aaaa" Ale terkejut karena tiba tiba ia digendong dengan mudahnya oleh Rey.

"Ini hukuman ringan buat kamu, awas kalau lagi begini berani bantah" ucap Rey sambil menggigit bibir bawahnya lalu keluar dari ruangan yang berwarna putih tersebut.

Rey menggendong Ale tanpa memperhatikan pandangan sekitar sampai ia ke meja resepsionis. Ia lalu menebus resep obat lalu keluar dari Rumah Sakit tersebut hingga membawa Ale ke dalam mobilnya.

AlReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang