Petunjuk Samar

1.5K 33 8
                                        

Ale masih berada di rumah Alin, Alin mencoba menghibur Ale yang masih terlihat depresi.

"Ale, malam nanti ke Hokkaido yuk. My Paps yang traktir hehe. Nanti kita foto-foto mumpung masih salju di sana!" seru Alin menatap Ale sedangkan Ale masih berfokus pikiran ke yang lain.

Ale terpikirkan sesuatu hingga ia mulai sadar.

"Tantee" ucap Ale yang membuat Linara mengernyitkan dahi.

"Iya Ale?" tanyanya sambil mendekati Ale.

"Uhm, Ale boleh peluk tante? Rasanya Ale pingin" ucap Ale memelas yang membuat Linara, Alin, dan Alariz terkekeh.

"ANJIR LUCU BANGET LU ANJIR ALE!" ucap Alin gemas sendiri dengan ekspresi Ale.

"Iya sayang, sini" ucap Linara merentangkan tangannya.

Alariz menggelengkan kepalanya dan membatin.

Pantas saja Rey suka.

Ale memeluk Linara dengan erat dan tulus, ia memejamkan mata untuk memfokuskan sebuah hal hingga ia merasakannya.

Linara terkejut dengan Ale yang tiba tiba kejang.

"ALE, KAMU KENAPA?" Linara terlihar khawatir, Ale bergetar kejang di pelukannya.

Alin dan Alariz pun langsung menghampiri Linara.

Ale yang masih setengah sadar memohon untuk tidak mengganggunya sebentar.

"AHKKKK" rintih Ale akibat kepalanya pusing melihat sebuah puzzle puzzle peristiwa.

"Papa...Mama...."ucap Ale sebelum ia kehilangan kesadaran.

"ALEE!" ucap Linara, Alariz, dan Alin serempak.

"Pa, bawa Ale ke kamar Alin!" ucap Linara dengan wajah khawatir.

"Iya Ma" Alariz langsung bergegas menggendong Ale kemudian diikuti keduanya.

"Alin, panggil dokter di aplikasi kamu itu, secepatnya!" ucap Linara kemudian Alin langsung menelpon dokter di aplikasi kesehatan mentalnya itu.

"Jalan Bangsa Kusuma ya dokter, mohon kesediaannya!" ucap Alin khawatir kemudian ia mengikuti Linara menuju kamarnya.

Alariz langsung merebahkan Ale, ia masih melihat Ale sedikit kejang beberapa kali bahkan sudah mengeluarkan air mata.

"Kamu kenapa sayang" Linara memegang erat tangan Ale yang rasanya mendingin dan kejangnya belum pulih.

"Mam, Ale kenapa!" Alin semakin membuat keadaan bertambah panik hingga 10 menit dalam keadaan tersebut, seorang dokter datang mengecek keadaannya.

"Mohon untuk kalian keluar dulu" ucap dokter tersebut.

"Mohon bantuannya ya dokter" ucap Alin kemudian keluar bersama dengan Linara dan Alariz.

Sedangkan di ruang bawah sadar Ale ia merasakan kilatan kilatan peristiwa.

"Ma, Pa, kalian dimana" ucap Ale dalam kekosongan putih sambil melihat kilatan peristiwa bergantian.

Hingga kemudian ia melihat sebuah petunjuk tahun dan sebuah wilayah dengan seorang perempuan dan laki-laki beraktivitas yang terlihat mirip dengan kedua orang tuanya.

"Mama, Papa!" Ale spontan berlari melihat hal itu hingga kemudian ia ditarik lagi ke alam sadarnya.

"Mama, Papa" Ale merintih dan membuka matanya perlahan ketika ia melihat seorang dokter sedang berada di hadapannya.

"Kamu terlalu lelah, jangan banyak pikiran dik" ucap dokter tersebut dan menghela nafas panjang setelah menyelematkan kondisi Ale secara ilmiah.

Ale hanya memejamkan mata kembali kemudian kembali memikirkan hal tadi.

"Nama kotanya seperti di negara Perancis" gumam Ale kecil kemudian ia merasa sangat mengantuk.

"Saya kasih bius ya dik biar kamu bisa istirahat" ucap dokter tersebut kemudian Ale memejamkan matanya.

Dokter tersebut mengemasi barangnya kemudian memberikan informasi mengenai kondisi Ale kepada Linara, Alariz, dan Alin yang membuat mereka menghela nafas lega.

"Mams, Paps, kalian ga bisa apa bantu Ale. Kasihan banget dia huuuu" Alin mendramatisir dan memohon kepada Linara serta Alariz untuk membantu Ale.

"Mama dan Papa udah ga bisa bantu apa-apa lagi Alin. Kejadian bertahun-tahun lalu aja masih ga masuk akal di pikiran mama, tapi itu terjadi." Linara mencoba menenangkan Alin sedangkan Alariz memikirkan sesuatu.

AlReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang