26

2K 221 8
                                    

TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!






Kini Cio dan Chika sudah sampai dirumah. Chika dengan isakan kecilnya masih terdengar, berada dalam gendongan Cio. Veranda yang sejak tadi menunggu mereka pulang diruang tamu merasa heran kenapa Chika menangis sedangkan Cio yang nampak seperti kesal.

"Assalamu'alaikum..." Salam Cio.

"Wa'alaikumsalam, Chika kenapa?" Tanya Ve, yang langsung meraih Chika dari gendongan Cio.

"Cucu Oma kenapa?" Tanya Ve pada Chika.
Cio lebih dulu menyimpan kotak bekal yang tadi Ve bawakan untuk Chika dan Shani ke ruang makan. Veranda penasaran apa yang terjadi pada mereka dia pun menyusul Cio, saat tadi berangkat mereka sangat bersemangat tapi apa yang saat ini dia liat tidak sesuai dengan keinginannya. Cio duduk termenung dengan gelas kosong ditangannya. Veranda duduk di samping Cio, sambil memangku Chika yang sedari tadi hanya diam dan memeluknya.

"Kenapa? Cerita sama mami." Ucap Ve menatap Cio penuh tanya.

"Dia gak dateng mi." Jawab Cio datar, tapi diwajahnya nampak rasa kecewa.

"Shani gak dateng?" Tanya Ve lagi. Cio hanya terdiam.

"Itu gak mungkin bang, dia gak mungkin kaya gitu. Bukannya dia udah setuju kalo kamu ajak ketemu sama Chika?" Lanjutnya.

"Tapi kenyataannya dia gak dateng mi! Dia cuman mau bikin Chika sakit hati, dia cuman mau mainin perasaan anak Cio doang, Mami tau itu? Cio udah salah menilai dia Mi, Cio kira dia emang tulus sayang sama Chika tapi nyatanya apa dia cuman bikin Chika nangis Mi." Ucap Cio penuh emosi, sejak tadi dia berusaha menahan semuanya. Tapi ternyata tidak bisa, kalau itu berkaitan dengan Chika.

"Adek pul..." Gita yang baru saja pulang sekolah tidak melanjutkan kata-katanya karena merasa heran kenapa Mami dan Abangnya terlihat seperti sedang membicarakan sesuatu.

"Mi..." Panggi Gita pada Ve.

"Baru pulang dek?" Tanya Ve, Gita pun mencium punggung tangan Ve.

"Bang," lalu berpindah pada Cio.

"Kalian kenapa? Ko kayanya tegang gitu? Terus Chika kenapa nangis?" Tanya Gita tak henti.

"Kamu mending bawa Chika ke kamar dek!" Titah Ve pada Gita.

"Chika belum makan Mi." Singkat Cio.

"Kamu gimana sih anak kamu belum makan kamu diem aja!" Omel Ve.

"Dia gak mau makan, kalo gak sama Shani." Jawab Cio.

"Ini ada apa sih adek gak ngerti mi?" Tanya Gita pada Ve.

"Sekarang kamu bawa Chika ke kamar, bawa juga nih makanannya. Tolong suapin dia dulu, mami mau bicara sama Abang kamu." Ucap Ve sambil menyerahkan kotak bekal yang belum sempat Chika makan.

"Ya udah sini dek, ikut onty. Kita main ya," Chika pun tanpa penolakan menerima ajakan Gita.

"Muachhh... Wangi banget sih bayinya onty." Ucap Gita mencium pipi Chika. Dan pergi ke kamarnya dilantai atas. Kini hanya mereka berdua diruang makan. Veranda berusaha menyusun kata-katanya lebih dulu agar Cio tidak kembali tersulut emosinya.

"Kamu jangan berpikir kaya gitu sama Shani, bang. Siapa tau dia ada urusan mendadak sampe dia gak dateng nemuin kalian." Ucap Ve, berusaha untuk menenangkan Cio yang saat ini masih diselimuti emosinya.

"Kalo menurut mami dia kaya gitu, kenapa dia gak coba hubungin Cio atau seenggaknya dia gak usah nyanggupin buat ketemu sama Chika. Kalo akhirnya bikin Chika nangis, kita nunggu sampe 2 jam disana Mi. Kita kepanasan, Chika ngotot gak mau pergi dari sana sebelum Shani datang. Sampe Cio paksa ajak Chika pulang, meskipun dia nangis dan terus mukulin Cio. Cio gak peduli, yang jelas dia udah bikin Chika kecewa untuk yang kedua kalinya. Cio gak bisa terima itu mi, dan Cio gak akan pernah minta dia lagi untuk ketemu sama Chika. Bodohnya lagi kenapa Cio bisa percaya sama dia." Ucap Cio, wajahnya memerah tangannya mengepal kuat.
Veranda mengusap bahu Cio, memberikan sedikit ketenangan lewat sentuhan tangannya.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang