22.50
Lampu penjara dimatikan, semua sipir berpatroli mengecek seluruh area sel. Sorot lampu senter diarahkan ke seluruh penjuru ruangan untuk memastikan keberadaan napi ada ditempatnya. Begitu pula Davindra, pria berumur hampir setengah abad itu pun membuka pintu sel milik Ratna.
"Kau belum tidur? " Tanyanya pada wanita yang terduduk di pinggir kasur dengan kepalanya tertunduk dengan rambut yang gimbal.
"Aku bebas"
"Aku bebas"
"Aku bebas" Ucap wanita itu serambi mengubah posisinya yang semula tertunduk menjadi menoleh kasar kearah Davindra. Matanya melotot tajam dan senyuman lebar terlukis jelas di wajah tirusnya.
" Ternyata benar, kau sudah mulai gila? Sebenarnya aku tidak ingin melakukannya sekarang, namun tanganku ini sudah gatal kau tau? " Ucap Davindra dengan senyum miring di wajahnya.
Pria itu menyeret tubuh wanita itu keluar sel menuju ke sebuah ruangan yang gelap. Pria itu meraba dinding untuk menemukan saklar lampu. Seketika ruangan yang gelap itu menjadi terang, wanita yang diseret itu tak berdaya dan hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan yang diberikan oleh sipir penjara itu. Hanya kata "aku bebas" Yang diucapkan oleh Ratna.
Wanita itu didudukan diatas kursi besi dengan tangan yang diborgol. Dari arah berlawanan, seorang bertudung membawa 2 buah tabung lengkap disertai selang. Orang bertudung itu berjalan sempoyongan dan berusaha untuk tetap berdiri tegap. Pria bertudung menghentikan langkahnya setelah tabung itu berada tepat didepan Ratna. Pria bertudung mulai membuka tudung yang menutupi hampir sebagian wajahnya itu. Ratna menatap pria bertudung itu dan sentak matanya melotot dan ia mulai memberontak.
" KAU LAGI!? KAU SUDAH MENGHANCURKAN HIDUPKU!! DASAR BEDEBAH SIALAN!! MATI SAJA KAU INI!! " ujar wanita itu.
"benci saja aku, aku tau aku memang BEDEBAH sialan seperti yang kau bilang, erghhh -
Belum selesai pria bertudung itu berucap, senyuman miring terlukis jelas sekali di wajahnya." Tapii, aku suka melihatmu sengsara " Ucapnya sambil tertawa mengerikan.
Ratna yang semula berontak pun terdiam ketakutan. Entah ekspresi apa yang baru saja ia lihat barusan, hatinya bergetar ketakutan, seluruh badannya dingin dan jantungnya seperti berhenti.
" Oh Gemini, tidak tidak, kau polisi itu!! " Ucap Ratna sambil menatap tajam kearah pria bertudung.
Davindra memutar kursi Ratna hingga mengarah padanya.
"Apa kau suka game? Ayo kita bermain, bukan begitu Ace? " Ucap Davindra sumringah sambil menoleh kearah pria bertudung. Ya, pria bertudung itu adalah Gemini, owh maksudku Ace. Kalian tidak salah dengar, Gemini itu memanglah Ace, polisi muda dari kepolisian Cyber.
" Bisa kau berhenti menyebut nama itu? " Ucap Gemini sambil menodongkan katana yang ia ambil dari pojok ruangan.
Davindra mengangkat kedua tangannya dan mengangguk pelan, sambil tersenyum ia mulai berjalan mundur.
" mari kita bermain truth or dare, apa kau mau? HARUS MAU!!! " Gemini tertawa kencang bak psikopat.
" Mengapa aku harus menurutimu? " Ucap Ratna dengan senyum kecutnya.
" Jika kau menang aku akan membebaskanmu hidup hidup , tapi.. "Ia menyela ucapannya
" Kalau kalah..... Kau akan mati " Tambahnya dengan senyuman mengerikan.Ratna berpikir sejenak, hanya permainan truth ora dare bukan? Tentu dia memiliki peluang besar untuk menang, tidak mungkin ia kalah tapi apa benar semudah itu? Wanita itu terdiam dan lalu menerima tawaran dari Gemini.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPACk
General FictionKorupsi, adalah hal yang lumrah terjadi di dunia politik. Tuan Damian Altero, ketua partai besar sekaligus calon wali kota di ibu kota.Merupakan anggota dari Han Corporate yang diketuai ketua Handero atau yang akrab di panggil ketua Han yang mem...