16. FIRST DAY OF EXAM

44 18 0
                                    

Tandain typo~~

Hari ini hari Senin, dimana itu merupakan hari ujian akhir semester yang pertama.

Awan hitam menutupi langit, butiran air hujan mulai berjatuhan membasahi kota Jakarta.

Lorong yang selalu penuh orang menjadi sepi, mereka sibuk belajar untuk ujian yang akan mereka kerjakan nanti.

"Aduh, gue lupa ini materi, kalo ujian aja ilang semua materinya." Kenzi mengacak-ngacak rambutnya sendiri

"Makannya belajar." Jeven terlihat santai, ia hanya membaca buku biasa, tidak menghafal seperti yang lain.

"Emangnya lo belajar?"

"Yaiyalah, gue kan anak teladan."

"Yakin nilai lo dapet 90?"

"Ya pasti, pasti enggak lah."

"Terus kenapa kok lo santai-santai aja gitu?"

"Ujian itu dibawa tenang, santai aja kalo gak lolos kkm paling remed."

"Hmm, suka-suka lo lah."

Guru pengawas baru saja memasuki kelas, beliau langsung duduk dan menyuruh para siswa untuk segera memasukkan bukunya ke dalam tas.

Ujian dimulai dengan tenang dan tertib, tetapi dibalik semua ketenangan itu, pasrah dengan nilai adalah makna dibaliknya.

"Ini perasaan gue ngapalin tadi, kok malah lupa."

"Ini juga, gue tandain materi ini pake stabilo pink, tapi kenapa warna stabilonya yang keinget bukan materinya."

"Ini yang bikin soal siapa sih? Susah banget dicerna sama otak gue."

Jeven sedang bertarung dengan pikiran dan hatinya, karena yang Jeven ingat warna stabilonya bukan materinya.

"Waktu ujian tinggal 30 menit lagi, silahkan teliti saat mengerjakan." Ujar guru pengawas.

"Oke, gue selesai." Kenzi membereskan kertas ujiannya dan juga lembar jawabnya.

Saat mengecek jawabannya, Kenzi sangat syok mendapati masih ada beberapa soal yang tadi ia lewati dan belum ia kerjakan.

"Monyet, babi, burung, beruang, badak, kudanil, ini perasaan udah gue jawab semua tapi kenapa masih kosong 7 nomer, ah ngeselin banget."

Kenzi yang tadinya ingin tidur teralihkan karena soal-soal yang belum ia kerjakan.

*SEVEND*

Juna dan keempat temannya berjalan dengan lesu menuju kantin sekolah, ujian tadi adalah penyebabnya, mana banyak yang ngasal lagi.

"Apakah aku akan mati karena stress dengan ujian?" Haikal mengadahkan tangannya sambil berjalan.

"Mampukah kubertahan, sampai akhir nanti?"

"Kenapa soal-soal yang diberikan kepada kami sangat sulit?"

"Sesungguhnya yang mempermudah urusan orang akan dimudahkan urusannya, jadi mudahkanlah ujian kami supaya guru kami juga mudah mengoreksinya."

Keempat temannya menatap Haikal dengan tatapan aneh, mereka geleng-geleng kepala dengan Haikal yang bisa memikirkan kalimat seperti itu.

"Lo kenapa sih? Aneh banget, ini cuman ujian sekolah belum sampe ujian masuk kerja dan ujian rumah tangga." Ujar Naje.

"Menengo wae koe! Rasah protes, nek protes tak lebokke peceran." Haikal meletakkan jari telunjukknya di depan bibir Naje.

(Lo diem aja, gak usah protes, kalo protes gue masukin selokan)

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang