6. Day 2

90 40 49
                                    

Hari ini, semua murid sedang berkumpul di lapangan untuk melakukan upacara bendera di hari Senin, setidaknya mereka bersyukur karena upacara diadakan sebulan 2 kali dan tidak setiap pekan.

"Panasnya hariku." Baru sebentar saja Naje sudah mengeluh kepanasan, padahal barisnya aja di paling belakang.

"Je, lo udah berdiri paling belakang aja bawel ya, mau tuker sama Azen yang paling depan?" Juna berdiri tepat di depan Naje.

"Panas bro."

"Kalo adem berarti lo sakit."

Upacara dilaksanakan dengan tenang, meski kali ini ada banyak yang tiba-tiba pingsan,ada yang pusing, sakit perut, gak kuat dan semacamnya.

Saat kepala sekolah menyampaikan pidatonya, dari ujung tepatnya di barisan siswa kelas 10, ada keramaian yang mendatangkan semua guru.

Naje yang berada di baris belakang sama sekali tidak bisa melihat apa-apa, ia sampai berjinjit, melompat tetap saja tidak berhasil.

Akhirnya Naje menepuk bahu Juna dan menanyakan "Ada apa?"

Juna menggeleng, ia menepuk Mahen yang berada di depannya, ia bertanya "Ada apa?"

Mahen menjawab dengan tidak yakin "Ada yang pingsan kali, bentar gue tanya Haikal." Ia menepuk bahu Haikal dan juga bertanya "Kenapa?"

Haikal tidak melihat dengan jelas karena tertutup oleh siswa-siswa yang mengerumuni kejadian itu, Haikal menggelengkan kepalanya "Bentar, gue tanya Azen."

Jadilah Haikal menepuk pundak Azen, tidak mendapat respon,Haikal menepuknya berkali-kali tanpa henti sampai ada respon dari Azen.

"Ck, apa?" Azen menghadap ke belakang.

"Disana ada apaan?"

"Ada yang kesurupan."

"Oh" Haikal memutar kepalanya kesamping, "Ada yang kesurupan, Hen"

Mahen mengangguk,lalu ia memberi tahu Juna dan Juna memberitahu Naje. Setelah tau Naje hanya mengangguk-angguk, padahal tanya jawab ini Naje yang memulai.

Siswa yang kesurupan sudah diamankan oleh para guru, upacara dilanjutkan seperti sebelumnya dan untung saja tidak ada yang pingsan apalagi kesurupan seperti sebelumnya.

*SEVEND*

Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu, hanya dalam waktu 5 menit saja kantin sudah dipenuhi dengan orang-orang yang hendak mengisi perut mereka.

"Sumpah ini rame banget, apa gara-gara upacara ya." Jeven memandangi kerumunan disana,tentu saja dengan tinggi badan lebih dari 175 ia bisa melihat dengan jelas.

"Gue gak keliatan apa-apa." Kenzi berjinjit-jinjit supaya bisa melihat warung yang tidak ramai.

"Makannya minum susu biar tinggi kayak gue." ledek Jeven.

"Udah gede masih nyusu."

"Biarin"

Dari jauh, Jeven melihat kelima abang durhakanya sedang nongki-nongki di bawah pohon, dengan mata berbinar Jeven mengajak Kenzi mendekat kesana. "Ken, ayo ke bawah pohon, ada abang-abang lo."

"Beneran? Ayo kalo gitu."

Mereka berdua menerobos kerumunan supaya bisa mendekat ke bawah pohon, biasanya bawah pohon ini yang digunakan untuk nongkrong asik murid-murid di sekolah ini.

"Rame banget gila, kalian udah pada pesen, bang?" tanya Jeven.

"Udah." jawab Azen singkat padat jelas.

"Kok bisa? Bukannya rame banget ya?"

"Tinggal bawa aja si Juna, dijamin semua beres." Azen melirik Juna yang sedang bernyanyi bersama Haikal.

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang