21. Locked in the bathroom

99 10 0
                                    

Jangan lupa follow~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow~~

Tandain typo~~

Kamar asrama yang sebelumnya hanya dihuni oleh 3 orang sekarang bertambah seorang, tiba-tiba saat hendak tidur pintu diketuk beberapa kali membuat ketiga manusia yang hendak tidur mengurungkan niatnya.

"Sorry ya, gue malem-malem ganggu kalian." Ujar salah seorang teman, panggil saja namanya Aidan.

"Gak papa, Dan." Balas Azen dengan ramah.

"Soalnya gue paling deket sama kalian, jadi gue gak berani numpang kamar-kamar yang diatas."

"Santai aja, kita gak keberatan."

"Tapi kok gue merasa gak deket sama dia ya?" Ujar Kenzi dalam hatinya.

Kenzi melihat Azen yang juga sedang melihat kearahnya, ia hanya menyengir kuda karena sepertinya Azen tau apa yang sedang dia pikirkan.

"Kenapa lo sampe harus pindah kamar? Temen-temen lo yang lain dimana?" Tanya Juna.

"Si Arga ngunci pintu, digedor-gedor juga gak dibuka, gue mau minta kunci cadangan di bawah, tapi gak ada orang."

"Dih, kaya rumah sendiri aja, kalo gue jadi lo, sebelum dia buka pintu gue gak bakal berhenti gedor-gedor, biarin sampe kamar sebelah pun denger." Ujar Juna dengan penuh semangat.

"Lo brutal, Jun, gak ada 5 menit pasti udah dibuka, kalo gak malah pintunya yang rusak." Ujar Azen dengan sedikit candaan di ujung kalimatnya.

"Yaudah, lo tidur disana aja, bang, gue beresin dulu." Kenzi hendak bangkit dari kasurnya untuk membereskan barang-barang di bed bawah.

Yang menempati bed atas adalah Azen dan Juna, sedangkan Kenzi tidur di bed di bawah Juna sedangkan bed yang dibawah Azen kosong.

Meski kosong malah terlihat paling penuh karena barang-barang, tidak ada manusia barang pun jadi.

"Eh gak usah, Ken, gue beresin aja, kan gue numpang." Aidan mencegah Kenzi untuk bersih-bersih.

"Yaudah, gue mau tidur dulu." Kenzi berbaring di tempat tidurnya, i menghadap ke tembok yang sudah ia tempeli beberapa stiker.

"Kalian tidur aja, gue usahain pas kalian bangun udah rapi." Aidan bersikap layaknya tamu, meski mereka adalah temannya, ia harus tetap menjunjung sopan santun.

"Yaampun lo itu santai aja, lagian biasanya juga berantakan, lo tidur aja gak usah mikir bersih-bersih besok." Juna membaringkan tubuhnya di kasur, ia lelah dengan evaluasi tadi.

"Ssh." Keluhan Juna barusan terdengar ķecil volumenya, tetapi Azen masih bisa mendengarnya.

"Jun?" Azen mulai mengkhawatirkan kondisi temannya itu.

Juna menoleh, ia hanya tersenyum, "Aman." Kemudian Juna memilih menghadap tembok sambil menahan rasa sakit seorang diri.

Azen terlihat tidak tenang, ia berusaha tidur, tetapi ia malah menatap Juna dengan ekspresi cemas, "Cepet sembuh, Jun." Ujarnya dalam hati.

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang