23. Kronologi

105 13 13
                                    

Tandain typo~~

Azen dan Naje baru saja tiba di rumah sakit pukul setengah empat sore, Juna sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa karena kondisinya sudah membaik.

Tok tok tok

Naje masuk diikuti oleh Azen di belakangnya, mereka terlihat menenteng beberapa plastik makanan yang sudah menggugah selera.

"Darimana aja sih? Katanya ke toilet." Haikal langsung mengomeli mereka berdua karena terlalu lama pergi.

"Mampet." Jawab Naje, ia mengeluarkan semangkuk bubur ayam, dan 6 porsi nasi ayam pedas, tak lupa mereka juga membeli beberapa air mineral.

"Nih, ambil satu-satu." Naje mempersilahkan teman-temanya untuk mengambil makanan masing-masing.

"Punya lo buryam, Jun." Azen memberikan seporsi bubur ayam lengkap dengan air mineral untuk Juna.

"KOK GITU?! KALIAN DAPET AYAM GUE KOK DAPET BURYAM SENDIRI?!" Juna iri melihat teman-temannya memakan nasi ayam pedas sedangkan ia hanya makan bubur ayam.

"Lo masih sakit, makan bubur aja." Ujar Mahen.

Juna cemberut mendengarnya, ia membuka sterofoem dengan kasar, "Kenapa gue sakit? Jadi gak bisa makan." Ujarnya dengan raut wajah kesal.

"Lah, itu lo bisa makan buryam." Kenzi menunjuk bubur ayam yang ada di pangkuan Juna.

"BEDA!"

Untung saja di dalam ruangan ini hanya ada mereka bertujuh, jadi kemungkinan tidak ada yang mendengar suara Juna yang menggelegar selain mereka.

"Yaampun, bang Jun, jangan teriak-teriak kenapa sih?" Jeven memegangi telinganya, posisinya berada di samping ranjang Juna, tentu saja suara Juna sangat keras dan jelas di pendengarannya.

"Ya maap, habisnya gue kesel."

"Tinggal makan ribet amat." Ujar Azen.

Juna pun memakan bubur ayamnya dengan perasaan kesal, tetapi buburnya enak membuatnya makan dengan lahap.

Haikal yang melihat Juna pun menggelengkan kepalanya, "Ck, ck, tadi marah-marah cuman dapet buryam, ujung-ujungnya juga habis itu makanan."

"Diem lo." Juna memakan habis semua bubur ayam tanpa tersisa, setelah itu ia meminum air mineral yang ada di atas meja.

Haikal hanya mendengus kesal, padahal ia cuman bicara fakta tetapi responnya selalu begitu, "Giliran gue nanya aja dijawabnya begitu."

"Habisnya lo ngeselin sih, bang." Ujar Kenzi dengan nada sedikit meledek.

"Gue hari ini belum gangguin Juna ya!"

"Tadi pagi, lo bikin gue naik darah pas masalah jaket." Juna menatap Haikal meminta penjelasan, yang ditatap pun hanya menyengir kuda.

"Oh ya, Zen, lo belum cerita tentang koronoginya Juna." Ujar Mahen.

"Kronologi." Koreksi Naje.

"Nah ya itu maksudnya."

Azen diam sejenak, ia bingung harus memulai dari mana "Jadi, tadi habis gue bangun tidur, gue mau ke kantin cari makan, gue liat Juna ke kamar mandi, gue bodo amat trus lanjut ke kantin cari makan."

"Trus trus?" Kenzi mengerjapkan matanya saking penasarannya.

Azen menghela napas sejenak, cerita ini panjang, ia sudah lelah berbicara, tapi yasudahlah dari pada ia dikejar-kejar pertanyaan terus.

"Terus...."

Flashback On

Azen berjalan santai di lorong asrama, di tengah jalan ia bertemu dengan Aidan yang sedang membawa beberapa makanan.

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang