9. Curiga

91 34 18
                                    

Hari Minggu yang cerah, seorang anak laki-laki baru bangun dari tidurnya pukul 09.00 pagi.

"NAJE! BANGUN KAMU! UDAH MAMA BILANGIN BANGUN ITU HARUS PAGI."

Naje masih dalam keadaan setengah sadar, rambut acak-acakan, mata yang masih merem, bener-bener kaya masih tidur.

"Kan hari Minggu, ma, Naje mau tidur seharian." Naje kembali merebahkan tubuhnya di singgasana ternyamannya.

"Walaupun hari Minggu kamu harus tetep bangun pagi, sana mandi habis itu sarapan!"

Naje dengan malas menuruti perkataan ibunya, ia berjalan gontai menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.

"Langsung turun makan!" Mama Naje keluar kamar untuk menyiapkan sarapan untuk anaknya, hari ini ia masak spesial karena ini adalah hari libur pertama Naje sebagai trainee.

Tak lama kemudian, Naje turun dengan wajah lebih segar tetapi minus-nya belum sisiran.

Ia melihat meja makan yang penuh dengan beraneka makanan, "Mama kok masak banyak banget?"

"Ini kan hari pertama kamu libur jadi trainee, jadi mama masak spesial buat kamu, Je."

"Pokoknya kamu harus makan 3 piring, semua masakan mama harus kamu cobain."

"Baik banget sih mama, jadi makin cingtah." Naje membentuk hati menggunakan tangannya.

Sungguh anak berbakti kepada orang tua, idaman para wanita.

*SEVEND*

Setelah selesai makan, Naje membantu mamanya mencuci piring, setelah itu ia naik ke kamarnya di lantai dua.

Saat Naje membuka ponselnya, ada pesan masuk dari Haikal, tanpa babibu lagi Naje langsung membuka pesan itu.

Naje segera membalas pesan itu, tak lama setelahnya ia menyambar kunci motor dan dompetnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naje segera membalas pesan itu, tak lama setelahnya ia menyambar kunci motor dan dompetnya.

Sebelum pergi ia berpamitan kepada ibunya yang berada di dapur, ia bilang bahwa ada urusan penting yang harus diselesaikan.

Tak butuh waktu lama, Naje sudah sampai di lokasi yang dikirimkan Haikal.

Tak diduga saat di pintu masuk, Naje bertemu Jeven dan maminya.

"Bang Naje, ngapain disini?" Tanya Jeven.

"Kepo" Naje melihat seorang wanita di samping Jeven "Halo tante, saya temennya Jeven." Naje menyalimi punggung tangan maminya Jeven.

"Mi, ini yang Jev ceritain suka random itu." Ujar Jeven kepada ibunya.

Naje melirik sinis kepada Jeven, dari sekian banyak karakternya kenapa harus itu yang diceritakan.

"Oh, halo Naje, sama maminya Jeven, kamu ngapain disini, ada yang sakit?"

"Enggak ada kok tan, kalo gitu saya duluan."

"Kira-kira bang Naje ngapain ya disini?" Jeven memperhatikan Naje yang masuk dengan terburu-buru.

*SEVEND*

Mahen dan Haikal sedang menunggu Naje di depan pintu salah satu ruang periksa.

"Siapa yang sakit, Juna apa Azen?" Naje langsung bertanya tanpa basa basi.

"Ya gak tau, ini lagi nunggu mereka keluar." Jawab Mahen.

"Udah chat mereka?"

"Centang satu."

10 menit menunggu akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar.

Azen dan Juna terkejut mendapati teman mereka yng ada di depan pintu.

"Siapa yang sakit?" Mahen langsung menyambut mereka dengan pertanyaan.

Baik Juna maupun Azen tidak ada yang menjawab, mereka hanya menatap Mahen tanpa ada yang bersuara.

"Jawab! Kalian jangan simpen masalah sendiri, kita itu temen kan." Haikal maju selangkah, ia sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya karena kedua temannya menyembunyikan hal seperti ini.

"Gue yang sakit." Ujar Azen.

"Sakit apaan?" Mahen kembali bertanya.

"Gejala Rinitis, gak parah."

"Trus kenapa lo keluar dari spesialis ginjal?"

Skakmat

Apa yang harus mereka jawab?

"Bunda suruh ambil hasil tesnya, kalian tau kan bunda gue ginjalnya kadang suka sakit, jadi sekalian gue bareng Azen kesininya." Juna menjawab dengan tenang pertanyaan dari teman-temannya.

"Emang ambil hasil tes di dokternya langsung?" Naje mulai mencurigai gerak gerik teman-temannya.

"Iya." Sebelum Juna menjawab Azen lebih dulu menyela pembicaraan mereka.

"Tapi kalo cuman ambil hasil tes, harusnya gak lama dong." Ujar Mahen.

"Dokter jelasin dulu kondisi ginjal bunda, dokter bilang bunda gue gak apa-apa, dan ginjalnya juga baik-baik aja."

"Yaudah kalo gitu Jun, gue ikut seneng dengernya." Mahen tersenyum tulus kepada mereka.

"Maaf, ini belum saatnya, sorry gue gak bisa cerita apapun." Dalam hati Azen merasa bersalah karena tidak jujur kepada teman-temannya.

Azen melirik ke arah Juna, sang empu hanya tersenyum simpul membalasnya.

"Kalian beneran cuman berdua?" Haikal menaikkan sebelah alisnya.

"Iya."

"Ayo ke tempat balapan, lagi ada pertandingan." Mahen dengan antusias mengajak teman-temannya menonton balapan.

Sudah lama mereka tidak menonton balapan di sirkuit, mungkin terakhir dua bulan yang lalu.

"Aduh aduh." Juna memegangi perutnya yang tiba-tiba sakit. "Gue ke kamar mandi dulu ya, kalian nunggu di parkiran, tiba-tiba mules nih."

"Yaudah, jangan lama-lama."

Akhirnya mereka bertiga tanpa Juna pergi terlebih dahulu ke parkiran, Haikal tampak kebingungan mencari-cari motornya yang lupa ia taruh dimana.

"Motor gue mana ya?" Haikal mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari keberadaan motor kesayangannya.

"Ck, ngrepotin banget sih lo, pake motor ilang segala." Naje berdecak sebal.

"Ya mau gimana lagi, ini takdir tuhan."

"Gak nyambung."

Setelah 5 menit mereka mencari motor Haikal akhirnya mereka menemukan kalau motor Haikal ada di paling ujung sebelah barat.

Haikal baru ingat, kalau ternyata ia asal menaruh motor, jadi mungkin motornya dipindahkan ke ujung supaya tidak memenuhi jalan.

*SEVEND*

Halo semua

Udah berapa purnama gak up sab baru nih

Jangan lupa vote and komen ya gess ya

See u next part

Babay

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang