Tandain Typo~~
Dan peserta itu adalah....
SULTAN KENZI MAHENDRA
Jeven yang berada di sebelah Kenzi reflek menutup mulutnya sendiri.
Kenzi? Trainee of the week?
"Serius lo, Ken? Gak mungkin lo, harusnya kan gue." Jeven masih tidak menyangka, besti tujuh turunannya ini yang mendapat penghargaan 'Trainee of the week' pertama kali.
Tentu saja Jeven bangga, tapi lebih dominan ke yang gak nyangka.
"Iri? Bilang bos." Kenzi dengan percaya diri menyombongkan dirinya dihadapan Jeven.
Sedangkan Jeven langsung memasang wajah julid, niatnya ingin memuji Kenzi langsung musnah karena Kenzi sudah terdeteksi akan kepedean.
"Udah, gue tau lo bangga sama gue, tapi liat ke depan, malu gue ditatap cowok kayak lo." Ujar Kenzi
"Idih, gue ngeliatin nyamuk diatas kepala lo bukan ngeliatin lo kalik, pede banget." Jeven langsung kembali menatap layar besar di depan.
Pak Angga kembali melanjutkan perkataannya, "Untuk Dika, Ayas, dan Azen, kalian bertiga berada di posisi tidak aman."
Mahen, Naje, Kenzi, Jeven, Haikal dan Juna menatap layar tidak percaya.
Juna menoleh ke arah Azen disampingnya, "Gak mungkin, lo nyanyi bagus kok tadi, apa ini gara-gara gue?" Juna mulai merasa gelisah mendengar nama Azen di sebut barusan.
"Bukan gue, paling salah sebut, lagian gue yakin gue lolos." Azen seolah memberi tahu Juna untuk tenang.
"Zen, lo di 3 posisi paling bawah gimana gue bisa tenang."
"Sst, dengerin, kalo keluar ya udah, ngapain diambil pusing sih?"
Berbanding terbalik dengan Juna, Azen malah kelihatan santai didepannya, tapi aslinya di dalam hati ia juga risau jika dirinya keluar minggu ini.
Pak Angga seperti berbisik-bisik dengan juri yang lain, setelah 2 menit pak Angga kembali ke depan audien.
"Maaf semuanya, ada kesalahan di ucapan saya tadi, yang tidak aman adalah Dika, Ayas, dan Aden."
Juna menghela napas lega, ia sangat bersyukur Azen tidak keluar minggu ini, karena adanya Azen disini sangat membantunya jika sewaktu-waktu terjadi lagi.
"Gue bilang apa, lo gak usah khawatir." Azen memandangi Juna, ia sangat tau apa yang sedang di pikirkan Juna.
"Iya, gue tau lo berbakat dan pasti bisa debut."
Setelah masa-masa menegangkan itu, semua keluar dengan encok di pinggang masing-masing, udah latihan lama suruh duduk lama pula.
Yang tersingkir hari ini adalah Dika dan Ayas, teman-teman yang lain ikut memeluk mereka.
Ada yang memberikan semangat, dukungan, bahkan sampai ada yang nangis-nangis.
"Yas, sumpah kita baru kenal bentar tapi gue udah ngerasa akrab banget sama lo, bener-bener sefrekuensi deh gue sama lo." Haikal sedang berbicara dengan Ayas yang bersiap untuk pulang.
"Ngapain tu anak." Mahen melihat Haikal sedang say bye dengan Ayas.
Dua manusia yang bukan dari bumi itu saling memeluk erat.
"Kal, kita masih bisa ketemu kalik, calling calling aja ntar gue dateng, dan lo harus bisa debut biar gue serasa punya temen artis." Ujar Ayas.
"Gak janji, habis ini lo langsung pulang?" Haikal melihat tas punggung yang dipakai Ayas sudah ada di punggung pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Dreamers
أدب المراهقينTentang 7 lelaki yang berusaha meraih mimpi menjadi seorang idola dalam sebuah boy band Lolos gagal itu biasa Naik turun itu tak mungkin tak ada Berhasil atau tidak itu.... tergantung diri sendiri Namun, ditengah perjuangan mereka ada sebuah rahasi...