11. Asrama

84 30 56
                                    

Tandain typo~~

"Tekuk 90 derajat, kakinya buka lebar."

"Juna, badan kamu kurang tegap!"

"Dino, tangan lebih tinggi!"

Para trainee sedang berlatih di ruang latihan, orang yang melatih mereka tentu saja pak Angga.

Tiap hari Senin sampe Senin lagi pelatihnya pak Angga mulu.

"Ulang dari awal!"

"Start, one, two, three, four, five, six, seven, eight."

Mereka berlatih sudah satu setengah jam tanpa istirahat sama sekali, rasanya mau pingsan saking lelahnya, koreografi yang diajarkan juga tidak aman untuk para remaja jompo.

"Pak, istirahat dulu, capek kita." Keluh salah seorang trainee.

"Jangan banyak ngeluh! Jangan banyak berhenti!" Pak Angga menjawab dengan tegas.

Brukk

"HAIKAL!"

*SEVEND*

Ruangan berukuran 4 × 4 itu terlihat penuh dengan manusia, mereka sedang menunggu seseorang bangun dari pingsannya.

"Shh, pusing banget gue." Haikal memegangi kepalanya yang serasa berputar-putar.

Teman-temannya langsung mengerumuninya, mereka semua khawatir dengan keadaan Haikal.

"Kita dimana?"

"Anggep aja UKS." Naje membantu Haikal duduk, ia juga mengambilkan air untuknya.

"Pusing banget dah ni kepala."

"Lo pingsan pas kita latihan, jadi pak Angga suruh kita buat bawa lo kesini, latihannya kita tunda dulu." Ujar Kenzi sambil bermain game di ponselnya.

Azen mendekat ke tempat Haikal, ia menatap temannya itu cukup lama.

Plak

Azen memukul lengan Haikal cukup keras, itu cukup untuk membuat Haikal kesakitan.

"Sakit ege, gak main-main kalo mukul orang." Haikal mengaduh kesakitan, lengannya memerah setelah terkena tamparan Azen.

"Lo sebelum kesini gak makan kan?" Azen langsung menginterogasi Haikal, ia sangat tau jika Haikal pingsan maka ia pasti tidak makan.

"Gue ketiduran, gak sempet makan."

"Makannya jangan tidur! Kalo pingsan ngrepotin orang."

Haikal menundukkan kepalanya, ia juga merasa bersalah membuat teman-temannya khawatir.

"Sorry, gue ngrepotin kalian."

"Gue beliin makanan." Azen menarik tangan Jeven keluar untuk menemaninya.

"Lah kok gue yang ditarik sih?" Ujar Jeven dalam hati.

"Pedes amat omongan Azen ya." Juna melirik lewat jendela, Azen berjalan cepat sembari menarik tangan Jeven.

"Tapi gue bersyukur tau gak, gue punya temen seperhatian dia." Haikal mengulas senyum.

"Iya, walau kata-katanya kadang menusuk tapi gue yakin seratus persen sebenernya itu dia khawatir, tapi dengan caranya sendiri." Ujar Mahen.

"Btw, emang bener lo gak makan gara-gara ketiduran?" Naje memasang raut wajah curiga kepada Haikal.

"Iyalah, gue keliatan boong apa?"

"Jujur sih iya." Jawab teman-temannya berbarengan.

Haikal memajukan bibirnya, padahal kan ia sudah berkata jujur sejujurjujurnya.

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang