10. Rencana Pindah

76 29 6
                                    

Tandain typo ~~

Uhuk uhuk

Seorang lelaki sedang berada di kamar mandi, dia terus terbatuk-batuk hingga mengeluarkan bercak-bercak darah.

"Gue mimisan?" Lelaki itu memegangi hidungnya yang terasa seperti ada cairan yang keluar.

"Sakit banget ya tuhan, gue gak kuat." Lelaki itu terkulai lemas di pojok kamar mandi, kakinya lemas bahkan untuk berdiri.

Brakk

Temannya mendobrak pintu dan masuk ke dalam, rasa khawatir muncul ketika melihat temannya berjongkok di pojokan.

"Lo gak papa? Kita kerumah sakit ya?"

"Gue gak papa, gue bukan anak lemah."

"Tapi keadaan lo malah makin buruk kalo gak dibawa kerumah sakit."

"Cuci darah udah cukup buat gue, lagian percuma kan buang-buang uang tapi gak sembuh-sembuh."

"Gak bisa sekali langsung sembuh, itu butuh proses yang gak sebentar, lo harus semangat buat sembuh! Gue bisa bayarin semua pengobatan lo sampe lo sembuh, tapi lo harus berjuang, gak ada sembuh yang instan."

Lelaki itu tersenyum haru, ia merasa beruntung memiliki teman sepertinya, "Thanks, lo selalu bantu gue, maaf kalo gue ngrepotin lo terus."

"Ayo bangun! Lo di rumah aja gak usah ke sekolah."

"Gak bisa, gue harus tetep sekolah, sakit gini gak bisa jadi penghalang gue." Lelaki itu membersihkan darah yang ada di wajahnya.

"Lo lagi sakit."

"Banyak orang diluar sana yang gak bisa sekolah, gue sekolah pake biaya, pake uang, rugi dong kalo gak dimanfaatin buat cari ilmu."

"Libur sehari gak bakal bikin lo rugi-rugi amat."

"Lo mah enak pinter, lah gue pas-pasan."

"Iya hidup gue enak gak kayak lo susah mulu."

"Kok nyelekit ya."

"Gue tunggu di bawah." Teman lelaki itu keluar dari kamar mandi, mau tidak mau ia harus menuruti keinginan sahabatnya itu.

*SEVEND*

Pelajaran pertama dimulai, pelajaran paling membosankan, setidaknya menurut ketujuh siswa yang sudah tidur pulas di bangku masing-masing.

Salah satu dari mereka mengangkat kepala, ia melihat ke arah jam dinding, "What? Baru 20 menit? Lama banget dah selesainya."

Naje menggerutu kesal, udah pelajarannya bahas sejarah, langit mendung, apalagi pengajaran materi yang monoton, datar tanpa ada sesi ngelawak sama sekali.

"Jam berapa, Je?" Mahen baru saja bangun dari tidurnya, bahkan masih enggan mengangkat kepala.

"Pokoknya istirahat masih lama."

"Bosenin banget sumpah."

"Doa aja, Hen, semoga ada rapat dadakan atau ada apalah sesuatu gitu biar cepet keluarnya."

Mahen berpikir sejenak, beberapa detik kemudian ia mengadahkan tangannya mulai berdoa, "Ya Allah, semoga pelajaran ini cepat selesai, sesungguhnya ini sangat membosankan, semoga ada keajaiban dari engkau untuk membantu hambamu ini, aamiin."

Naje melihat Mahen dengan aneh, "Perasaan gue cuman becanda kok dia doa beneran ya?" Ujarnya dalam hati.

"Anak-anak, kita sudahi dulu pembelajaran kita, karena guru-guru akan rapat mengenai suatu hal, ketua kelas silahkan ke kantor guru untuk meminta tugas kepada guru mapel."

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang