Tandain Typo~~
Hari ini semua orang menjalani aktivitas di sekolah seperti biasa, keenam lelaki tampan juga sedang duduk-duduk santai di atap sekolah.
"Haikal gak masuk sepi juga ya?" Ujar Naje.
"Kalo gak ada dicariin kalo ada di tinggalin." kata Kenzi yang sedang fokus bermain game di ponselnya.
"Dah, gue mau nyantai dulu sehari aja, ntar kalo Haikal ada gue malah strong." Juna akhirnya bisa bernapas lega seharian.
"Strong apaan?" Jeven melirik ke arah Juna.
"Strong, stress tak tertolong" kata Juna.
"Eh Jubaedah, lo gak mau jenguk Haikal?" Tanya Azen.
"JUNA, BUKAN JUBAEDAH!" Geram Juna, seenaknya saja mengubah-ubah namanya.
"Typo yang disengaja." ujar Azen sambil menatap langit.
"Paling si Haikal besok masuk."
"Yakin, Jun? Kalo kagak masuk lo traktir gue makan sama minum." Kenzi memberikan penawaran menguntungkan.
"Udah sultan masih aja minta gratisan." kata Juna.
"Uang gue abis, belum minta lagi."
"Emang uang jajan lo berapa?"
"10 juta seminggu."
Reflek Mahen dan Naje terbatuk-batuk, 10 juta seminggu habis buat apaaan coba, ini aja masih hari kamis.
"10 juta habis buat apaan?" Tanya Naje.
"Buat beli alat lukis gue."
"Tapi gue beli gak sampe 10 juta tuh." Juna menatap Kenzi dari atas sampe bawah.
"Beda level bos, punya lo murah, punya gue mahal." Kenzi menyombongkan dirinya.
"Gue liat lo kemaren beli cat air di pinggir jalan, jajan di plastik yang banyak." ujar Azen.
"Nah hayoo, ketauan lo." Jeven menggoda Kenzi, seperti ada rasa senang jika bestinya terpojok.
"I-itu.... bel bunyi, ayo masuk kelas." Kenzi langsung kabur menghindari pernyataan memalukan yang dilontarkan Azen.
Padahal tadi udah menikmati menyombongkan diri malah langsung dijatuhkan dengan fakta yang dikatakan Azen.
*SEVEND*
Hari Jum'at, seperti biasa anak-anak melakukan aktivitas di sekolah.
Haikal belum ada tanda-tanda masuk sekolah, teman-temannya sedang galau brutal, biasanya waktu mereka berkumpul akan diisi oleh candaan Haikal yang menghibur hati.
"Gue gak bercaya gue bilang ini, tapi gue kangen Haikal." ujar Naje.
Naje dan Haikal akan melakukan hal-hal di luar kepala dan bertengkar lalu berbaikan lagi, siklus pertemanan yang rumit ya ders..
"Jun, kapan traktir gue?" Tanya Kenzi.
"Kapan-kapan, gue sengaja gak bawa uang biar lo gak nagih-nagih." jawab Juna dengan kejujurannya.
"Jujur amat lo, Jun." kata Mahen
"Jujur itu bagus brother."
"Kita jenguk bang Haikal yok, Jun." ajak Jeven.
"JUN?! LO MANGGIL GUE GAK PAKE BANG?" Juna langsung naik pitam mendengarnya.
"E-eh, Kenzi boleh masa gue gak boleh."
"Kenzi udah keliatan gede, lo masih kek bocil jadi kagak boleh."
"Pilih kasih, gue laporin bang Azen." Jeven melirik ke arah Azen "Bang, Azen." panggilnya.
"Gue takut sama Jubaedah." saut Azen.
"Emang ya Jeven yang selalu ternistakan." Jeven mengendikkan bahu, lelah dengan cobaan ini.
"Telpon Haikal yok." ajak Kenzi.
"Boleh tuh, bentar." Juna mencari-cari nomor Haikal.
"Nah, kita vidcall aja."
Juna memegangi ponsel sambil menunggu Haikal mengangkat panggilannya.
"Lama banget si Haikal." keluh Juna sudah tidak sabaran.
"Sabar, Jun sabar." ujar Naje.
Akhirnya panggilan terhubung.
Kenapa, Jun? Lo kangen gue ya, gue tau kok.
Idih, gue malah bahagia gak ada lo di sini//Juna.
Jahat lo, Jun.
Sakit apa lo gak masuk//Mahen.
Panas, batuk, pilek, meriang, demam, sakit perut, gak enak lah pokoknya.
Kapan bisa masuk//Azen.
Besok mungkin, gue juga udah enakan.
Bagus, bang Haikal, besok kalo lo masuk gue jajanin satu kantin deh//Kenzi.
Serius lo, Ken? Gue sakit kok gak pernah lo tawarin ya?//Jeven.
Kalo lo beda//Kenzi.
Gue tunggu traktiran lo, Ken.
Kal, gue Naje menyatakan, selamat sakit ya, gue tau kok lo bahagia//Naje.
Iya, Je, gue bahagia gak katemu pak Budi, lo emang paling tau isi hati gue.
Yaudah lo istirahat sono, kita mau liatin adek-adek kelas yang cakep-cakep//Naje.
Buaya kau, Je.
Dah, bay jangan lupa utang bakso lo//Juna.
Inget aja sih lo, Jun.
Juna memutuskan sambungan telepon.
"Jadi gimana? Ayo kita jenguk Haikal nanti habis pulang." usul Mahen.
"Ayok! Gue mau bawain dia tepung." sambung Naje antusias.
"Buat apaan tepung, Je?" Tanya Azen.
"Buat nepungin Haikal, kalo sakit kan dia gak bisa bales." jawab Naje.
Semua yang disana reflek menepuk jidat dengan ide brilian Naje.
"Setuju." jawab mereka semua berbarengan.
*SEVEND"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Dreamers
Teen FictionTentang 7 lelaki yang berusaha meraih mimpi menjadi seorang idola dalam sebuah boy band Lolos gagal itu biasa Naik turun itu tak mungkin tak ada Berhasil atau tidak itu.... tergantung diri sendiri Namun, ditengah perjuangan mereka ada sebuah rahasi...