22. Sisitivi (CCTV)

90 12 10
                                    

Jangan lupa follow~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow~~

Tandain typo~~

Setelah sampai di ruangan dokter yang menangani Juna, Azen dipersilakan untuk duduk.

"Gimana Juna bisa sampe kayak gitu?" Dokter itu sebenarnya adalah dokter yang biasanya mengecek kondisi kesehatan Juna saat kontrol.

Panggil saja beliau Dokter Reza.

"Kekunci di kamar mandi, pas saya temuin udah pingsan." Azen menjawab dengan tenang.

"Bukan disengaja kan?"

"Gak tau, saya cuman cek ke kamar mandi, pas saya panggil-panggilin gak nyaut, saya cek satu-satu dan ada Juna di dalam."

"Kondisi Juna sepertinya memburuk, saat terakhir kali kontrol masih lebih baik dari saat ini."

"Gak bahaya kan, dok?" Tanya Azen, terselip rasa khawatir mengenai keadaan sahabatnya itu.

"Untuk saat ini masih aman, tapi pas saya cek bagian kepalanya tadi ada luka memar, apa kepalanya kena sesuatu?"

"Waktu saya temuin, posisi kepala Juna nyandar ke pintu, pas mau dibawa kesini juga agak susah ngeluarinnya."

"Orang tua Juna tau tentang ini?"

Azen hanya terdiam, ia ragu untuk menjawab pertanyaan dari dokter Reza.

Merasa ada yang aneh, dokter Reza menepuk bahu Azen, "Mereka gak tau?"

Azen hanya menggeleng sebagai jawaban, keduanya sama-sama membuang napas, sebaiknya kondisi Juna sekarang diberitahukan kepada orang tuanya, tapi mereka sudah berjanji kepada Juna supaya Juna sendiri nanti yang akan memberi tahu kedua orang tuanya.

Juna tinggal bersama nenek dan pembantunya, orang tuanya jarang ada di rumah, bahkan bisa mereka pulang 2 bulan sekali, itu pun hanya 2 hari.

Atau mereka hanya pulang setelah pekerjaan selesai dan saat hari raya, karena merasa kesepian di rumah Juna memilih untuk tinggal di asrama bersama teman-temannya.

"Kamu sendiri? Sudah bilang sama ortu keadaan kamu sekarang?" Pertanyaan dokter Reza membuat Azen terkekeh.

"Mau ngomong apa, saya sehat-sehat aja, yang sakit kan Juna, lagipula kayak mereka punya waktu." Azen menatap dokter Reza, sepertinya dokter Reza juga menampilkan raut wajah yang aneh.

"Dokter Reza kenapa belum nikah sampe sekarang? Sudah mau kepala berapa, kapan nikah?"

Dokter Reza hanya tersenyum, "Pertanyaan bahaya." Ujarnya dalam hati.

"Udah sana kamu keluar, jagain Juna." Dokter Reza menarik lengan Azen menuju pintu keluar.

"Tapi dok, dokter Reza kapan nikah biar saya bisa nyiapin sumbangan?" Azen tertawa melihat dokter Reza yang seperti menghindari menjawab pertanyaannya.

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang