third p.o.v
Sebuah desa kecil yang berada diujung pembatas kota besar pada pagi itu seperti biasa terdengar sangat sunyi, karena memang tidak ada terlalu banyak aktifitas seperti dikota besar, juga karena memang penduduknya hanya sedikit, 200+ orang penduduk didesa itu, sangat jauh berbeda dengan desa besar yang berada dikota yang biasanya berpenduduk lebih dari ribuan orang, 200 penduduk dan 70 kepala keluarga, diantara 70 kepala keluarga itu adalah Roni, pemuda berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA, ia tinggal seorang diri, sebatang kara lah bisa disebut,karena kedua orang tuanya telah meninggal, tidak ada adik atau kakak, hanya benar benar ia seorang, Roni yang tinggal dan bersebelahan dengan sungai, sedikit agak jauh dari penduduk lainnya, bangunan rumah yang tidak permanen alias terbuat dari kayu dan bilik bambu, memang sepertinya ciri khas rumah rumah didesa ini, hanya beberapa rumah yang bangunannya terbuat dari bahan permanen.
Orang tua Roni tidak meninggalkan banyak harta, hanya sebuah gubuk kecil yang menjadi tempat tinggal Roni sekarang, selain dari itu, sisanya, Roni sendiri yang harus mencari uang untuk menutupi kebutuhannya, tapi, Bapak Roni, menurunkan kepadanya, ke ahlian memijat yang sudah sejak beberapa bulan terakhir menjadi sumber penghasilannya.
Mulai dari Ibu-Ibu yang merasa kelelahan karena aktifitas mengurus rumah tangga mereka atau Bapak-bapak yang juga merasa letih karena pekerjaan mereka yang mayoritas adalah petani sawit dan karet, juga mekanink mobil besar, bahkan hingga orang dengan usia lanjut dan anak-anak yang jatuh dan menyebabkan mereka terkilir, semua biasa memanggil atau datang kepada Roni untuk membereskan urusan mereka.
Seperti disiang hari ini, Roni yang sedang menanak nasi dikejutkan dengan suara tangisan seorang ana, tangisanya terdengar begitu memiilukan, suara ketukan dipintu rumahnya kemudian terdengar.
"Ron!!, Roni!!!, punten Ron!!." Terdengar suara seorang pria memanggil namannya, Roni menurunkan panci besar dari tungku jadul dengan api yang berasal dari kayu yang dibakar, ia kemudian berjalan mennuju pintu dan membukakan pintu.
"Mang Ayi? Kenapa mang?." Tanya Roni, Mang Ayi, seorang pria berusia pertengahan tiga puluh, menggendong Tian, anak pertamanya yang sedang menangis hebat.
"Jatoh Ron, lagi maen, naik ke galeng atas, ngegelincir kebawah, tanganya sampe bengkok gini!." Jela Mang Ayi, Roni mengangguk kemudian mempersilahkan Mang Ayi untuk masuk kedalam, rumah sederhana dengan dua kamar, satu kamar besar yang dulu menjadi tempat orang tua Roni tidur, dan kamar satunya yang lebih kecil, dulunya adalah kamar Roni, kini, kamar itu ia jadikan gudang penyimpanan alat-alat berkebun, sedangkan Roni tidur dikamar bekas orang tuanya, tidak ada kursi atau sofa diruang tengah, hanya karpet besar yang terbentang, dengan sebuah lemari kecil tempat menyimpan televisi.
"Mangga duduk dulu Mang!." Ucap Roni, ia berjalan masuk kedalam ruangan gudang, membuka lemari kaca dan mengambil sebuah botol berisi minyak urut.
Suara tangis Tian masih begitu keras,mata anak itu sudah sembab karena terlalu lama menangis, air matanya juga sudah tidak keluar, Tian menangis tanpa air mata.
Tanpa basa basi atau menunggu obrolan apapun dengan Mang Ayi, Roni mulai menuangkan minyak itu dari botol ke tangan Tian, baru disentuh sedikit badan Tian sudah mengejang seperti ingin lepas dari pangkuan ayahnya, Mang Ayi semakin erat memegangi anaknya itu, tangisan Tian semakin keras terdengar ketika Roni mulai mengurut dan memijat tanganya yang terkilir, mecari titik titik yang salah dari tangan Tian kemudian membetulkanya, sekitar sepuluh menit memijat tangan Tian, Roni sedikit memutar tangan Tian, kemudian sebuah suara seperti sesuatu yang patah terdengar, reflek saat itu juga tangis Tian berhenti, ia tidak lagi merengek dan mengejang, Sebuah senyum terbentuk di wajah Roni, kali ini ia tidak memijat atau mengurut tangan Tian, melainkan mengusap lembut sambil meratakan lagi minyak urut di tangan Tian.

KAMU SEDANG MEMBACA
PIJAT TURUNAN BAPAK
RomanceRoni, pemuda yang baru saja lulus sekolah memutuskan untuk membuka jasa pijat di kampungnya, ilmu memijatnya diturunkan dan diajarkan langsung oleh Bapaknya sendiri, metode pijat yang bisa menyembuhkan segala masalah pada tubuh, serta gaya pijat sen...