Di gedung sebuah hotel termewah di kota J, dimana malam itu menjadi malam berkumpulnya para pembisnis sukses yang tentu saja tidak sembarang orang dapat memasukinya. Bahkan lobby hotel pun sudah dipenuhi oleh awak media yang ingin meliput para pembisnis hebat dari berbagai belahan dunia itu.
Tak terkecuali satu pria yang bernama Zendra, seorang wartawan swasta yang dituntut untuk mendapatkan berita bagus mengenai pesta pembisnis malam itu.
Karena desakkan dari atasanya, membuat pria itu harus memutar otak dan memikirkan banyak cara agar kerjaannya lancar.Brak...
Sebuah pintu terbuka secara tiba-tiba, membuat si empunya terkejut.
"Astagaa .. Zen, kamu ngapain sih? Bikin kaget aja" omel orang itu seraya memegang dadanya karena terkejut
"Hehe... Maaf ci, habis Zen takut di curigai orang" jawabnya dengan cengiran khas miliknya
"Lagian kamu tuh ngapain sih masih aja jadi wartawan gak jelas gitu"
"Ish, mulai deh cici. Aku suka ci kerjaan ini, banyak pengalaman dan bertemu banyak orang dengan berbagai karakter tuh seru tau ci, bikin Zen happy"
"Iya tapi mau sampai kapan Zen? Cici udah mau nikah, dedek juga harus fokus sama sekolahnya, karena dia harus mempersiapkan diri untuk ujian akhir. Daddy tuh sangat mengharapkan kamu loh Zen buat terusin perusahaan daddy"
"Hmm... Nanti ya ci, Zen belum ada jawaban kalau soal itu. Tapi yang pasti Zen akan bantu daddy dan cici urus perusahaan" ucapnya tak lupa tangannya terulur hendak mengambil makanan yang tersedia didepan sang cici
Plak...
Tangan itu terhempas begitu Shani, menggeplak tangannya.
"Awss.. Sakit ci" aduhnya sembari menggenggam tangannya yang tadi terhempas
"Cuci tangan belum?" Tanyanya dan Zen hanya menyengir lalu berkata "hehe... Belum ci"
"Ya udah sana cuci tangan dulu, cici udah mau keluar juga, kamu mau ganti baju di sana udah cici siapkan" kata Shani seraya menunjuk sebuah ruangan
"Enggak dulu deh ci, eh ci nanti bilang dong sama bang Ge, Zen mau wawancara dia gitu"
"Udah gak mau diajak acara penting sekarang seenaknya minta Gerald temuin kamu" ucap Shani dengan maksud menyindir adiknya itu.
"Tolonglah ci... Gantinya besok Zendra deh yang kekantor. Jadi cici bisa libur, gimana? Penawaran yang amat menggiurkan bukan?" Tanya Zendra dengan tengilnya
"Ish... Bisa aja nyogoknya... Tapi Oke, tunggu dan jangan kemana-mana" setelah mengatakan hal itu, Shani pun pergi meninggalkan Zendra di sana sendirian.
"Haddeh, punya cici seorang bisnis girl merepotkan sekali, apa-apa harus ada benefitnya. Keuntungan harus jadi miliknya...huft" rutuk Zendra,
Karena merasa sangat lelah, lelaki berhidung mancung itupun tertidur.
Pov Zendra...
Hai, nama saya Zendra Abiguna Assadelion biasa di sapa dengan nama Zen, seorang wartawan tampan di sebuah media cetak swasta di kota J. Selain sebagai wartawan, sebenarnya saya adalah anak kedua dari pengusaha tersohor yang memiliki segudang bisnis, Bernice Company namanya. Perusahaan yang didirikan daddy saya. Ia bernama Fandy Assadelion dan mommy saya Rana Trisinta.
Saya memiliki seorang kakak dan juga adik perempuan, dia adalah Shani Indira Assadelion dan adik saya Christy Angelina Assadelion. Kami hanya terpaut usia 2-3 tahun, sehingga hubungan kami pun cukup akrab. Tidak, bukankah saudara memang harus selalu akrab? Ya begitulah. Kami selalu saling mengandalkan terkadang saya ikut membantu cici di perusahaan, kasihan sebenarnya melihat wanita lemah lembut seperti ci Shani, harus pulang dengan rasa lelah hampir setiap harinya. Namun bagaimana lagi, saya pun belum siap jika harus mengambil alih perusahaan daddy yang amat banyak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA MEMUJI (END)
FanfictionBukan hanya memuji, dia memang cantik. Rupa dan Hati nan elok membuat siapa saja pasti jatuh hati terhadapnya., mungkin aku adalah salah satunya. ~ Zendra Abiguna Assadelion