Bab 3. Seperti Tidak Asing

930 115 4
                                    

Pagi hari di sebuah ruangan yang bernuansa putih, masih terbaring seorang pria dengan luka lebam di area wajahnya serta tangannya yang di perban akibat goresan benda tajam hasil dari perkelahiannya malam tadi.

Seorang gadis menunggunya dengan harap cemas, bagaimana pun pria ini yang telah membantunya hingga dia terbaring dirumah sakit ini.

Di tatapnya wajah pria itu, membuat sang gadis tanpa sadar menyunggingkan senyumnya. Kembali memori tentang kejadian menakutkan tadi malam terputar kembali di otaknya. Membuatnya kembali merasa takut, namun melihat wajah damai pria didepannya ia pun kembali tenang.

Gadis itu kagum dengan keberanian pria didepannya itu, dengan beraninya melawan preman-preman yang jumlahnya tak hanya satu atau dua orang. Bahkan mereka tak saling mengenal, namun pria itu mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menolong dirinya. Lagi-lagi senyuman manis itu muncul, senyuman yang amat di gilai oleh banyak orang. Sayangnya pria didepannya ini tak melihatnya.

Bukan, dia bukannya langsung jatuh hati pada pria itu, Dia hanya memuji. Memuji betapa beraninya dia.

Tok..tok...

"Permisi" di tengah lamunan gadis itu, tiba-tiba masuk seorang wanita setengah baya, dengan jas putih dan stetoskop di kantong jasnya.

"Eh dokter, silahkan dok" gadis itu mempersilahkan dokter dan beberapa suster masuk.

"Saya permisi meneriksa pasiennya dulu ya mbak Chika" ucap dokter itu dan Chika mengangguk mengiyakan

Setelah selesai diperiksa, Chika pun mulai bertanya
"Gimana dok? Apakah ada hal serius?" Tanyanya panik

Dokter itu tersenyum kearah Chika,
"Mbak Chika tenang saja, keadaan pasien baik-baik saja. Hanya memar-memar dan di punggungnya mungkin akan terasa amat nyeri nantinya. Namun mbak tenang saja kami akan memberikan obat antinyeri untuk pasien, semuanya aman mbak ga ada hal serius kok" ucap dokter itu sedikit menjelaskan.

"Syukurlah, tapi dia kok gak bangun-bangun ya dok?"

"Di tunggu aja ya mbak Chika,mungkin sebentar lagi pasien akan siuman"

Setelah itu, dokter dan para perawat itu pun pamit pada Chika. Namun sebelum meninggalkan ruangan tersebut mereka mengambil kesempatan untuk bisa berfoto bersama Chika. Karena tak enak ingin menolak Chika pun membolehkannya, dengan syarat tidak boleh dipublikasikan. Karena dia adalah member The FE Girls, ada peraturan yang mengikat mereka untuk tidak melakukan foto pada sembarang orang.

Mereka semua pun mengiyakan karena beberapa dari mereka memang tahu akan hal itu.

30 menit telah berlalu,

Dan benar saja, Zendra bangun saat itu.

"Aawss..." Ringisnya ketika tangannya ia angkat begitu saja, tanpa tau jika area tangannya itu terluka.

"Separah ini?" Gumam Zen sembari menatap tangan dan di lihatnya baju yang terbuka dengan perban melingkar di punggungnya.

Sesaat kemudian, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Dan betapa terkejutnya dia, kala melihat sosok wanita yang menelungkupkan kepalanya tepat di sebelahnya.

"Lah siapa ni cewek? Apa cici ya? Tapi cici kan rambutnya gak pirang jamet begini" lagi-lagi Zen bergumam sendiri

Dengan penasaran Zen pun menoel noel gadis yang tertidur itu, hingga tak lama gadis yang terusik itu pun menegakkan kepalanya.

"Eh, maaf saya ketiduran. Kamu udah bangun?" Tanya gadis yang sudah kita ketahui dia adalah Chika.

Zen mengangguk,
"Kamu siapa?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Zen.

HANYA MEMUJI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang