Bab 17. Berbaikan

836 117 3
                                    

1 Bulan berlalu begitu cepatnya, Zen dkk, nyatanya berhasil memimpin perusahaan mereka masing-masing. Kini nama Zendra pun sudah sering wara wiri masuk berita, semua tentang Zendra nampaknya sangat menarik untuk di bahas.

Bagaimana tidak? Selama ini orang-orang memang sudah penasaran dengan sosok anak laki-laki Fandy selaku pemilik perusahaan terbesar di asia. Pasalnya selama ini, beredar kabar jika Fandy memiliki 3 orang anak dan yang ter-publish saat itu nyatanya hanya Shani. Anak tertua mereka, sedangkan dua anak lainnya masih belum terungkap sampai pada akhirnya, giliran Zen yang memegang perusahaan. Menggantikan Shani yang memang sudah tak berminat di perusahaan, karena dia memang sudah bilang ingin fokus mengurus keluarga kecilnya jika sudah menikah dan Fandy pun mengizinkan permintaan Shani itu.

Dari sinilah, identitas Zen sebagai anak kedua dari pemilik perusahaan terbesar di Asia terungkap. Wajah Zendra mendadak seliweran di media massa maupun elektronik. Kiprahnya dalam dunia bisnis pun di sambut baik oleh para pengusaha lainnya. Sejauh ini komentar baik terus menghujani Zendra.

"Niel, proposal dari PT. Langit biru apakah sudah diberikan?"

"Sudah pak tadi malam, ini berkas proposal yang pihak mereka ajukan pada kita pak"

Zendra segera membuka dan membacanya,

"Batalkan" ujar Zendra seraya mengembalikan berkas itu pada Lioniel dengan sedikit kasar.

Lioniel nampak kebingungan disana,
"Kenapa pak? Apakah ada masalah?"

"Anggarannya tidak masuk, semua rincian juga tidak jelas. Mereka mau mempermainkan siapa disini? Khe' sungguh lawak"

"Baik pak, akan segera saya urus. Kalau begitu saya permisi pak Zen"

Zendra hanya mengangguk, lalu Lioniel pun pergi dari ruangannya.

"Huft... Kangen banget sama Chika. Pengen peluk dia deh. Tapi dia kan lagi sibuk ngurusin konser di negara M.... Huaaa Chika aku kangen banget" gerutunya

"Zen"

"Haaaa, d-daddy ngagetin aja"

"Kamu ngapain uring-uringan begitu?" Tanya Fandy yang langsung mendudukkan dirinya ke sofa yang ada di ruangan Zen tersebut.

"S-siapa yang uring-uringan? Gak ada tuh" elaknya lalu menyusul duduk di sofa single.

"Ah sudahlah, Daddy kesini hanya untuk memberikan ini" Fandy langsung meletakkan sebuah map coklat di meja

Zendra langsung mengambil dan membukanya,

"Dad, ini?"

"Ya, tinggal kamu ungkap aja"

"Tapi, bukankah daddy selalu menentang ku untuk melakukan ini?"

"Percuma melarangmu terus Zen bukannya berhenti Kamu malah akan semakin gencar mencarinya. Bukankah begitu Zendra Abiguna Assadelion?"

"Hehe... Makasih ya dad, dan maaf karena Zen tidak pernah mendengarkan perkataan daddy. Maafin semua kesalahan Zen ya Dad"

"Asal kamu janji, ini yang terakhir kalinya kamu membahayakan diri kamu sendiri. Dan Daddy harap apapun itu tolong ceritakan ke Daddy jangan sama orang lain yang masih baru mengenalmu"

Zendra nampak mengerutkan keningnya, lalu beberapa saat berfikir, akhirnya ia faham maksud dari ucapan Daddynya itu.

"Daddy mendengar obrolan Zen dan bang Ge?" Tanpa mengelak Fandy pun mengangguk, membenarkan tuduhan anaknya itu.

"Maaf ya dad, Zen hanya takut nanti membuat daddy dan yang lainnya khawatir"

"Daddy, harap setelah ini tidak ada lagi hal yang kamu sembunyikan dari daddy, jika kamu takut membuat semua orang khawatir, maka cukup beritahu daddy saja. Paham?"

HANYA MEMUJI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang