Bab 33. Tak terduga

585 117 4
                                    

Kediaman Assadelion,

"Dad, mom, Zen pengen ngomong penting"

"Weddeh, apanih?" Sahut adik bungsunya yang juga sedang berada disana.

"Sstt... Diam kamu toy, nyebelin banget suka nimbrung"

"Ish, sensi amat sih kak Zen, lagian kan aku cuma nyahut aja"

"Sudah sudah, kok malah berantem. Kakak mau ngomong apa?" Tanya mommy Rana

"Zen ingin melamar Chika dalam minggu ini mom, dad" ucap Zendra dengan tegas

Christy hanya bisa menganga mendengar penuturan sang kakak. Sedangkan kedua orangtuanya sudah tak terkejut. Mereka malah tersenyum senang mendengar niat baik dari putranya itu.

"Akhirnya berani juga ambil tindakan. Daddy dan mommy sih setujuh saja. Kapan pun itu kami siap untuk melamarkan Chika untuk kamu. Yakan mom?" Ungkap daddy Fandy

"Iya dad, mommy senang karena akhirnya kamu sudah bisa memantapkan hati kamu. Jadi kapan waktu yang kamu tentukan untuk melamar Chika?" Tanya mommy Rana

"Pengennya sesegera mungkin dad, mom. Lusa atau minggu ini Zen tidak masalah juga. Gimana daddy dan mommy saja"

"Emmh... Yasudah lusa kita kerumah Chika. Mommy besok kabarin cici. Suruh dia pulang dulu, dia juga harus menyaksikan adiknya melamar seseorang yang dicintainya" ujar daddy

"Kalau cici tidak bisa tidak apa-apa dad, toh baru lamaran juga"

"Eits... Mana bisa begitu, ci Shani sama bang Gerald harus ada juga dong kak. Gimana sih kak Zen nih" protes Christy

"Iya iya terserah kamu deh, bawel"

"ikh, momny lihat kak Zen ngatain aku bawel" adunya yang membuat Fandy dan juga Rana hanya bisa geleng-geleng kepala.

• • •

Esok harinya,

Setelah Zendra membicarakan niat baiknya untuk melamar sang kekasih pada kedua orangtuanya, kini giliran keluarga Chika yang harus ia beritahu. Dia ingin menunjukkan ketulusannya pada keluarga Chika.

"Eh Zen, maaf ya buat kamu menunggu. om dan tante tadi habis dari belakang, tanaman tante mu ada yang mati soalnya" ujar papa-nya Chika

"Tidak apa-apa om, tante, justru saya yang harus minta maaf karena sudah mengganggu waktu om dan tante"

"Tidak usah sungkan Zendra. Oh ya kata kamu ada yang mau diomongin sama kami? Apa itu?" Tanyanya kembali mengingat jika saat di telepon Zendra bilang ingin mengatakan sesuatu.

"Iya om, jadi begini-" Zendra menyampaikan niatnya untuk melamar Chika, sama seperti saat dirinya meminta izin pada kedua orang tuanya.

"Apakah Chika sudah mengetahui rencana kamu ini Zendra?" Tanya mama Chika

"Belum tante, sengaja Zen ingin langsung meminta restu pada om dan tante terlebih dahulu. Jika kalian mengizinkan maka saya akan datang kesini besok malam bersama kedua orang tua saya. Bagaimana om, tante?"

Nampak kedua orang tua Chika itu saling menatap,

"Nak Zendra, kami sebagai orang tua ini hanya bisa memberikan restu dan juga doa. Rumah kami selalu terbuka untuk nak Zen dan keluarga. Namun tetap. keputusan semuanya ada pada Chika. Karena Om dan tante tidak  tidak memiliki ranah dalam mengambil keputusan itu. Kami hanya bisa berharap jika nantinya memang takdir anak om itu adalah kamu. Kami berdua berharap kamu bisa bertanggung jawab atas Chika dan membahagiakan dia lahir dan batin" ucap papa Chika

HANYA MEMUJI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang