"Mana? Mana kontrak itu?"
Chika diam, dia bingung dengan sikap manajernya itu,
"Mana Yessica Amara Tama?"
"I-ini" serahnya dengan wajah di tekuk
Lantas Amanda langsung membaca semua isi yang terkandung di dalam kontrak itu. Dan benar saja semuanya nampak aneh dan terlihat menguntungkan pihak T3.
"Tolong kamu pahami baik-baik Chika isi dari kontrak itu. Jangan asal tanda tangan saja" ucap Amanda yang sudah nampak frustasi di buatnya.
Pov Chika...
Setalah omelan yang tak ada hentinya sejak di rumah maupun di perjalanan, membuat moodku amat jelek hari ini. Aku kira mereka semua akan mendukung ku, bukankah aku seperti ini karena ada alasan yang tepat. Lantas kenapa harus aku yang disalahkan? Huh! Pusing jika harus ku fikirkan terus.
Lalu siang ini aku harus makan sendirian, manajerku tengah sibuk mengatur ulang jadwalku, ada kendala tak terduga katanya. Makanya harus ada pergantian jadwal.
"Hai, Chika. Kamu disini juga?" Tanya seseorang yang sudah ku kenali
"Eh, pak Tarra. Iya pak, kebetulan ada kegiatan di dekat sini" jawabku dengan sopan
Dia nampak manggut-manggut,
"Boleh saya menemani kamu disini? Kebetulan saya juga sendirian. Bukankah tidak enak jika hanya makan sendiri?"
"Oh ya silahkan pak" aku mempersilahkan pria itu duduk bersamaku.
Tak lama makanan kami pun tiba. Baru saja hendak menyuapkan makan kemulut kami, Zen datang dengan raut wajahnya yang seperti menahan marah.
"Sayang, ayo aku antar kamu pulang" katanya namun tatapan matanya mengarah ke pria yang ada didepanku.
"Apaan sih Zen, makanan aku aja belum ku sentuh. Nanti ah, aku lapar" jawabku dengan kesal
Ku lihat tatapannya kini berganti menjadi menatapku, asli. Tatapan itu cukup menakutkan. Tidak pernah Zen menatap ku garang seperti itu, tentu saja hal itu semakin membuatku yakin jika Zen tidak sebaik kelihatannya.
"Yessica Amara Tama, ayo" katanya kembali dengan menekankan di setiap katanya.
Lalu aku bangkit, meski sangatlah kesal, marah, namun agar tidak ada keributan di keramaian itu, aku pun menuruti ucapan Zen.
"Maaf pak Tarra atas ketidak sopanan kekasih saya, saya permisi" usai mengatakan itu, aku pergi seraya menggeret tangan Zen agar segera pergi dari sana.
Setibanya di parkiran.
"Kamu apa-apaan sih Zen? Kenapa selalu bersikap arogan seperti itu ha? Kamu fikir kamu jagoan iya?"
"Chik, aku hanya ingin melindungi kamu. Salah aku mau lindungi pacar aku sendiri?"
"Tapi kamu tuh salah Zen. Bukannya minta maaf sama pak Tarra, tapi kamu seolah terus mengibarkan bendera perang. Kenapa? Apa yang membuat kamu begitu sama dia?"
"Jadi kamu percaya dengan semua omong kosongnya?" Tanya Zen, dengan nada rendah
"Iya, aku percaya. Dia punya bukti kuat kalau kamu emang jahat Zendra"
Ku lihat pria didepan ku ini hanya manggut-manggut sambil tersenyum,
"Kalau tahu kamu orang jahat, aku tidak akan memacarimu" sambungku entah mengapa mulut ini seakan tak bisa mengerem
Pov Author...
Glegarrr....
Bagai di sambar petir, Zen langsung menatap Chika penuh kekecewaan. Dia benar-benar tak habis fikir dengan kekasihnya itu. Bagaimana bisa dia lebih mempercayai orang lain yang jelas saja baru dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA MEMUJI (END)
FanficBukan hanya memuji, dia memang cantik. Rupa dan Hati nan elok membuat siapa saja pasti jatuh hati terhadapnya., mungkin aku adalah salah satunya. ~ Zendra Abiguna Assadelion