Namanya Azura. Tidak ada tambahan apapun karna ibu panti hanya menemukan nama Azura dalam selembar kertas yang berada dalam kardus bersama tubuh kecilnya. Ia ditemukan pada malam hari, dalam kardus hanya dengan sebuah selimut tipis.
Entahlah, tidak ada yang tau siapa yang meletakkan nya disitu. Tidak ada saksi mata. Bahkan ketika ibu panti bertanya pada orang sekitar, tetap tidak ada yang tau.
Akhirnya ibu panti pun membawanya pulang, merawatnya dengan penuh kasih sayang sama seperti anak lainnya. Ketika usianya genap 18 tahun, Azura memilih keluar dari panti dan hidup mandiri. Meskipun asal-usul nya tidak jelas, nyatanya Azura termasuk dalam jajaran murid berprestasi.
Sedari SMP sampai SMA biaya pendidikannya ditanggung beasiswa. Hanya saja kehidupan SMA nya tidak sebaik itu. Setelah teman-temannya mengetahui bahwa ia merupakan anak beasiswa, terlebih yatim piatu mereka mulai menjauhi nya.
Meskipun hidup sendiri, ia tidak peduli. Toh, memang ia selalu sendiri sedari kecil. Hanya ibu panti yang dianggap nya keluarga.
Beragam kalimat hinaan selalu diterimanya ketika sekolah.
'Eh, itu si anak beasiswa ya? mukanya songong amat.'
'Iya nih, anak miskin aja belagu.'
'Eneg banget liat mukanya yang sok pinter itu.'
Walaupun pada dasarnya Azura memang murid pintar, tetap tak banyak yang menyukainya. Hanya para guru maupun siswa biasa seperti nya. Apalagi ditambah dengan wajahnya yang selalu menampilkan ekspresi datar, membuat para siswa mengiranya sombong.
Hingga pada suatu sore, di halte bus dekat sekolah. Terlihat Azura sedang menunggu bus sembari membaca novel dan mendengarkan lagu melalui earphone. Tiba-tiba ia merasa ada yang mendorong tubuhnya kearah jalan raya.
Belum sadar akan sekitarnya, tiba-tiba muncul truk dengan kecepatan tinggi kearahnya. Tak sempat menghindar, tubuhnya tertabrak dan terpental beberapa meter diaspal. Darah mengucur melalui kepalanya, pandangannya buram.
Di sisa kesadarannya, dapat dirasakannya kerumunan orang yang mencoba untuk menolong. Namun, belum sempat dibawa kerumah sakit Azura harus menghembuskan nafas terakhirnya tanpa tau siapa yang telah mendorongnya.
Dengan meninggalnya Azura pada hari itu, telah membawanya pada kehidupan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi jadi Nerd
Teen Fiction"Apa peran yang paling ga diinginkan?" Daripada pusing mikirin alur novel, Azura lebih memilih menjadi pemeran tidak penting. Tujuannya jelas supaya dia tidak perlu repot-repot. • Story of transmigration • Hanya fiktif belaka • Slow update