8.0

55 9 0
                                    

*****

Kini Azura berada didalam perpustakaan. Berdiri didepan rak novel, berusaha mencari novel dengan genre fantasi. Siapa tau ada novel yang berisikan tentang transmigrasi.

Lima menit berdiri didepan rak buku ternyata tidak membuahkan hasil. Akhirnya ia mengambil novel fantasi lainnya. Bertemakan historical, juga dengan campuran sihir.

Saat akan beranjak, Azura melihat ada sebuah novel yang menarik perhatiannya. Novel itu berada di rak atas, dan Azura tidak mampu menggapai nya.

Ditengah usahanya mengambil novel itu, tiba-tiba dari arah belakang tubuhnya muncul tangan besar berurat seseorang. Mengambil novel yang diinginkan Azura lalu menyerahkannya padanya.

"Eh?" Saat berbalik dan melihat siapa yang sudah mengambilkan buku itu, ternyata dia adalah laki-laki yang hampir ditabrak Azura saat di kantin.

"Makasih."

Saat akan beranjak pergi, tiba-tiba laki-laki itu menghalangi jalannya. Memblokir Azura dengan menempatkan kedua tangannya dikedua sisi Azura. Kabedon.

"Apa?" Tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Hanya saja Azura yakin dia melihat laki-laki itu tersenyum walau sesaat.

Lalu tanpa aba-aba laki-laki itu tiba-tiba mencium Azura. Mencium bibirnya, melumat, dan menghisap atas bawah secara bergantian. Tak memberikan jeda untuk Azura memahami apa yang terjadi.

"Emhh... lepas."

Menulikan pendengarannya, laki-laki itu hanya terus mencium Azura sampai lemas, bahkan buku yang tadi dipegangnya pun terjatuh. Setelah sekitar tiga menit terlewat barulah dia menyudahi ciumannya.

Memperhatikan Azura yang memerah sembari terengah-engah, dia hanya tersenyum.

"Lo ngapain anjir?! Tiba-tiba banget?" masih mengatur nafas, Azura juga melayangkan tatapan tajam pada lelaki didepannya yang hanya menampilkan senyum tak berdosa.

"Kenzo."

"Hah?"

"Nama gue Kenzo, inget itu." Ucapnya yang juga memberikan ciuman singkat setelahnya.

'Apasih nih cowo? Dateng-dateng maen cium aja. Dah ga suci lagi nih bibir gue.'

Ding!
'Terima saja tuan. Dilihat-lihat lelaki ini tidak berbahaya, mungkin dia hanya tertarik pada tuan.'

Melihat gadis didepannya hanya diam saja, Kenzo akhirnya menciumnya lagi. Tapi kali ini ciumannya terasa lebih menggebu-gebu.

"Emhh.. ud-dahh." Tapi seperti tadi, Kenzo tidak mendengarkan dan lebih memfokuskan diri mencium Azura.

Setelah puas akhirnya Kenzo menyudahi ciumannya. Benang saliva terlihat diantara bibir keduanya. Bahkan jika diperhatikan akan ada sisa saliva diujung bibir Azura.

Tanpa kata Kenzo kemudian beralih memeluk Azura. Meletakkan kepalanya pada bahu Azura dan memeluk pinggangnya dengan erat.

"Lo lucu banget, gue suka. Lo wangi, gue suka. Bibir lo juga manis banget, gue suka. Gue suka semua yang ada di lo." Ujarnya sembari menggesekkan hidungnya diceruk leher Azura.

Azura tidak menanggapi ucapan Kenzo. Dirinya masih lemas. Sembari mengumpulkan tenaga, tangannya juga mengelus punggung tegap Kenzo.

Sebenarnya Azura bingung, siapa laki-laki ini?

Datang tiba-tiba, lalu menciumnya begitu saja. Mana ciumannya nuntut banget.

"Mau cium lagii." Rengeknya sembari semakin mengeratkan pelukannya.

"Udah cukup, gue udah lemes. Awas!"

Mendengar nada bicara Azura yang sepertinya sedang kesal Kenzo memilih mengalah. Menyingkirkan tubuh besarnya dari Azura lalu minggir kesamping.

Melihat hal itu Azura mulai beranjak dari tempatnya berdiri, tidak lupa mengambil novelnya yang tadi terjatuh. Sambil mengedarkan pandangan, mencari tempat yang cocok untuk membaca bukunya.

Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Azura merasa tubuhnya melayang. Ternyata Kenzo menggendongnya. Menggendong ala karung beras, membuat Azura pusing.

"Lo mau bawa gue kemana? Turunin gue!" Sekali lagi tidak didengarkan oleh Kenzo. Dia membawa Azura kepojok perpustakaan, tempat yang sangat jarang dikunjungi atau dilewati orang.

Selain karena dipojok ruangan, tempat itu juga terlihat sedikit suram. Membuat para siswa enggan pergi kesana.

Setelah sampai, Kenzo mulai mendudukkan dirinya. Menempatkan Azura ditengah-tengah kakinya dengan menghadap depan seolah mengurungnya. Tangannya juga kembali memeluk pinggangnya.

Memilih abai, Azura mulai menyamankan dirinya. Menyandarkan punggungnya pada dada bidang Kenzo. Dirinya terlalu malas untuk sekedar memarahi laki-laki yang sudah menciumnya sembarangan ini.

*****

Makasih udah mau baca cerita aku. Ya walaupun ga jelas. Silahkan vote dan komen jangan lupa.

Kasih tau aku kalo semisal ceritanya terlalu ga jelas, aku bakal hapus.

Kritik dan saran dipersilahkan, tapi tolong diperhatikan kata-katanya.
😉

Transmigrasi jadi NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang