6. Biasa saja

106 15 1
                                    

Seperti pagi biasanya, pagi ini Hilda terbangun dengan keadaan Satya yang masih memeluk erat dirinya dan dengan hati-hati Hilda memindahkan tangan kekar lelaki itu, setelah berhasil Hilda segera membersihkan dirinya.

Tak lama setelah selesai mandi dan bersiap gadis itu memilih untuk turun ke dapur, barang kali Bi Lia sudah bangun dan memasak.

Rencananya Hilda ingin ikut membantu juga dan benar saja dugaan Hilda Bi Lia wanita paruh baya itu sudah sibuk dengan kegiatan memotong sayur.

"Selamat pagi Bi Lia" sapa Hilda

"Pagi non, ada perlu apa? non Hilda sudah lapar ya, mau saya buatkan apa?" tanya bi Lia beruntun.

"Saya hanya mau membantu Bibi Kok, tidak perlu apa-apa"

"Jangan non, biar saya saja" tolak Bi Lia

"Jadi apa yang harus saya kerjakan Bi?" Hilda memilih mengabaikan larangan bi Lia, dia tidak akan melakukan pekerjaan berat kok, hanya sekedar memasak.

"Tapi non saya taku-"

"Tidak akan ada marah kok Bi, tenang saja" Hilda dengan cepat memotong ucapannya, gadis itu benar-benar keras kepala.

"Ya sudah, tolong potong wartel dan kentang di sana" perintah bi Lia barusan, tentu saja dengan sigap langsung dikerjakan oleh Hilda. Jadilah mereka berdua yang memasak menu sarapan hari ini.

Setelah semua masakan selasai Bi Lia dan Hilda menyiapkan hidangan tersebut dimeja makan, agar nanti ketika keluarga wijaya itu bangun sudah bisa langsung makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua masakan selasai Bi Lia dan Hilda menyiapkan hidangan tersebut dimeja makan, agar nanti ketika keluarga wijaya itu bangun sudah bisa langsung makan.

"Terimakasih ya Non, sudah mau repot-repot membantu bibi di dapur, padahal sebetulnya tidak perlu saya jadi tak enak hati"

"Sama-sama Bi, tidak terlalu merasa seperti itu justru saya senang karena bisa membantu bibi" balas Hilda.

"Baik Non, kalau begitu saya izin pamit terlebih dahulu ya saya masih ada pekerjaan" Hilda hanya mengangguk menanggapi ucapan barusan.

Dia segera naik ke atas berniat untuk membangunkan Satya, agar mereka bisa segera sarapan.

CEKLEK

Pintu dibuka dan nampaklah Satya yang sedang duduk bersender dikepala ranjang "Oh sudah bangun, selamat pagi" ujar Hilda sambil tersenyum.

Melihat kehadiran Hilda lelaki itu tersenyum "Kemari" ujarnya, lantas Hilda berjalan mendekat dengan cepat Satya menarik lengan Hilda sehingga gadis itu terjatuh diatas pahanya.

"Apa yang sedang kau lakukan" tegur Hilda.

"Ku pikir kau pergi" Satya dengan kebiasaannya memeluk Hilda, dia menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu.

Hilda menggeleng "Tentu saja tidak, memangnya aku mau pergi mana?" tanyanya.

"Kau bisa pergi kemana saja" setelah mengatakan itu Satya semakin mengeratkan pelukannya pads Hilda.

Axiomatic [JANGKKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang