19. Something's Wrong

83 13 10
                                    

Hari ini Hilda berencana untuk berkunjung ke rumah orang tua Satya dia tidak tenang sebelum mendapatkan jawaban. Jika Satya tak mau cerita biar Hilda yang mencari jawabannya sendiri. Dia tau jika mereka hanya berteman, tapi Hilda juga tak mau kalau hubungan mereka tidak maju-maju.

Mereka sudah sejauh itu Hilda tau dia salah sebab sudah melakukan hal yang seharusnya memang tidak mereka lakukan dengan status masih pacaran saja salah, lalu bagaimana dengan mereka yang bahkan tidak punya kejelasan? pastilah akan lebih buruk.

Dia tau resikonya, hanya saja Hilda lebih memilih mengabaikannya sebab dia yakin Satya tak mungkin sejahat itu meninggalkannya setelah semua yang mereka lakukan apalagi mereka sudah saling mengenal dengan keluarga masing-masing.

Oh Hilda yang malang harusnya dia tau dikenalkan dengan orang tua bukanlah jaminan bahwa Satya akan menikah denganya.

Mungkin bagi Satya kedekatan mereka selama tiga tahun ini belum mampu menyadarkan perasaan lelaki itu, tapi satu yang Hilda tau dia sudah jatuh sedalam-dalamnya dengan Satya.

Sebelum datang ke rumah dia sudah menghubungi Leyla terlebih dahulu, wanita itu bahkan sangat senang ketika tau Hilda akan datang berkunjung.

Hilda langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, disana sudah ada Leyla yang menunggunya.

"Bagaimana kabar Mama?" tanya Hilda sembari memeluk Leyla.

"Seperti yang kau lihat mama baik-baik saja, kau makin cantik saja" pujinya.

"Glad to hear that, oh iya aku membawakan brownies kesukaan mama" Hilda menyerahkan paper bag yang berisi brownies tersebut.

"Wah mama tidak sabar mencicipinya"

"Bi Lia" panggil Leyla.

Tak lama kemudian Bi Lia pun datang masih dengan celemek yang melekat ditubuhnya.

"Iya Bu ada apa?"

"Ini tolong dibuka dan bawakan kemari, ah iya sekalian buatkan kami teh ya" Sambil menyerahkan paper bag yang berisi brownies tersebut pada Lia.

"Baik bu. Saya permisi"

"Mama pikir kau tak akan berkunjung kalau Satya tak ada"

Hilda menggeleng, tentu dia tak akan seperti itu "Mana mungkin aku begitu, mungkin akan lebih baik jika dia tak ada karena kita bisa menghabiskan waktu berdua Ma" candanya disertai dengan kekehan kecil.

"Betul juga dia pasti akan merajuk lagi jika kau lebih banyak berbincang dengan mama" Leyla tertawa juga, ingat bagaimana Satya yang kerap kali mengeluh ketika Leyla dan Hilda bertemu.

Satya merasa seperti orang ketiga, wanita kan memang seperti itu punya seribu satu topik obrolan.

"Permisi Bu" Bi Lia baru saja kembali dengan brownies dan teh dinampannya.

Hilda suka sekali dengan teh buatan Bi Lia, ada ciri khas rasa sendiri.

"Terimakasih Bi Lia" ujar Hilda.

"Terimakasih Bi, silahkan kembali"

"Tidak bekerja Hil?" sembari menyesap tehnya Leyla melirik ke arah Hilda menunggu jawaban gadis itu.

"Kerja Ma, aku kemari juga sekalian ingin memberitahu bahwa aku akan berangkat ke Paris nanti" jelasnya.

"Kau mau menyusul Satya?" tanya Leyla.

Hilda menggeleng sebagai jawaban "Tidak, kebetulan aku ada pekerjaan yang mengharuskan pergi ke sana."

Leyla mengangguk tanda bahwa dia mengerti "Satya tau keberangkatan mu?"

Axiomatic [JANGKKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang