23. Forever Mine

114 15 3
                                    

Kini keduanya tengah berbaring dengan posisi saling memeluk menyalurkan kehangatan untuk satu sama lain.

"Seharusnya kau memberitahuku" ujar Satya pada Hilda yang kini tengah memeluknya.

"Bukan kejutan namanya jika ku beritahu"

"Kau membuat ku khawatir dengan memblokir semua sosial media ku"

Sedangkam Hilda sudah tertawa ketika mendengar ucapan Satya barusan, jadi lelaki itu mengkhawatirkan nya ya?

Senang sekali rasanya.

"Kenapa tak pulang jika khawatir denganku?"

Satya terdiam lelaki itu tak menjawab, Satya memilih menatap Hilda dan semakin mengeratkan pelukan mereka, dia takut gadis ini pergi meninggalkannya.

"Ih aku sulit bernafas" keluh Hilda sedangkan Satya mengabaikannya, sebaliknya lelaki itu malah mensejajarkan wajahnya dengan Hilda.

Memandang bibir ranum yang selama tiga tahun terakhir ini menjadi candunya, dia rindu mencium gadis itu.

Satya kembali menyatukan bibir mereka, ciuman itu terkesan menuntut membuat Hilda hampir kewalahan karena menyeimbangi Satya.

Setelah puas Satya melepaskan tautan bibir mereka, dia menatap Hilda tangannya menyentuh bibir gadis itu "Forever mine" ujarnya.

Setelah puas Satya melepaskan tautan bibir mereka, dia menatap Hilda tangannya menyentuh bibir gadis itu "Forever mine" ujarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Satya terbangun dengan perasaan bahagia tentu saja. Gadisnya ada disini bersamanya. Dia memandangi wajah Hilda yang masih tertidur, cantik.

Satya memilih untuk tetap berbaring sembari mengeratkan pelukannya pada Hilda, dia rindu sekali dengan gadis itu
sampai rasanya ingin menahan gadis itu di apartementnya saja, agar mereka bisa menghabiskan waktu berdua.

Seandainya bisa, jika saja Hilda tak punya jadwal syuting hari ini sudah dipastikan mereka akan berada di apartement seharian ini.

Satya menciumi seluruh wajah Hilda. Satya tak bermaksud menganggu tidurnya, tapi sepertinya Hilda terganggu dengan apa yang dia lakukan barusan.

"Morning honey" ujar Satya.

Hilda hanya mengangguk sebagai jawaban, mungkin karena baru bangun sehingga dia tak terlalu merespon Satya.

"Sekarang jam berapa?" tanya Hilda.

Satya melirik jam dinakasnya, sekarang sudah pukul delapan pagi.

"Jam delapan, kenapa?"

"Aku akan siap-siap dulu" ujarnya dia berjalan menuju kamar mandi diikuti oleh Satya.

Hilda menatap heran kearahnya "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya.

"Ikut mandi denganmu"

Hilda menggeleng dia menolak ide dari Satya, jika mereka mandi bersama tentu saja itu tak akan sekedar mandi saja. Dia bisa terlambat jika membiarkan Satya ikut masuk "Tidak boleh, aku akan mandi sendiri" ujarnya sambil mendorong pelan Satya.

Axiomatic [JANGKKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang