2. Sibuk lagi

153 21 2
                                    

Satya terbangun sembari menyibak selimut yang menutup tubuh polosnya dengan tubuh polos milik Hilda, dia melirik ke arah Hilda dan mencium pucuk kepalanya dan beranjak pergi ke kamar mandi, untuk sekedar mencuci mukanya.

Setelah selesai, Satya lantas pergi ke dapur untuk membuat sarapan, setidaknya dia dan Hilda perlu makan lagi setelah pergumulan semalam, mereka memang sudah sejauh itu dan begitulah cara Satya dan Hilda saat melepas rindu.

"Tampan"

Karena sedang asik memasak Satya bahkan tak sadar bahwa Hilda kini sudah berada di dapur. Satya menoleh sekilas lalu melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Sudah cuci muka?" tanya Satya tanpa menoleh kearah Hilda, gadis itu merenggut tak suka, dia tak suka Satya lebih mementingkan kegiatan memasaknya daripada harus repot-repot menghampiri dan menciumnya.

"Aku kesal ih" ujarnya, bahkan mengabaikan pertanyaan Satya barusan.

Satya tak menggubris ucapan Hilda barusan, lelaki itu masih saja asik dengan kegiatan memasaknya. Membuat gadis itu geram sendiri dan mau tak mau Hilda berjalan mendekati Satya dan memeluk lelaki itu dari belakang.

Merasakan ada yang memeluknya erat seperti ini membiarkan Satya menyunggingkan senyumnya.

Nyaman, itu yang Satya rasakan.

"Sekarang prioritas mu makanan itu ya?" tanya Hilda kesal, ughh lucu sekali, batin Satya.

Satya lantas berbalik menghadap Hilda, dia menarik pinggang Hilda dan mengikis jarak diantara mereka "Siapa yang bilang begitu?" tanyanya, hidung mereka bahkan sudah bersentuhan.

"Aku yang bilang, kau bahkan tidak melihat kearah ku, kau tidak mencium ku seperti biasanya" jelas Hilda.

"Siapa bilang? aku sudah mencium mu kok pagi ini" ujar Satya, hal itu tentu saja membuat Hilda makin merasa kecil "Kapan? aku tidak merasakan tuh"

Satya menyentil pelan dahi Hilda "Itu karena kau sedang tidur sayang" jelas Satya.

Oh begitu rupanya yah Satya dibelakang Hilda, lelaki itu mencuri start duluan ternyata. Hilda senang sih mendengarnya, tapi tetap saja dia kan tetap mau dicium dalam keadaan sama-sama masih sadar.

"Jadi sekarang apa?" tanya Hilda

"Apa?"

"Kenapa tidak cium aku lagi?"

"Nanti saja, setelah makan"

"Kau makan sendiri saja, aku tidak lapar" ujar Hilda lantas ia berusaha melepaskan pelukan Satya pada tubuhnya, namun semakin Hilda berusaha semakin erat pelukan itu.

"Lepaskan aku"

Satya malah semakin mengeratkan pelukannya, ia kembali mendekatkan wajah mereka berdua dan tanpa aba-aba menyatukan bibir mereka, bukan kecupan tapi ini betulan ciuman yang panas dan mungkin lama?

Bahkan rasanya Hilda kehabisan oksigen, ini yang Satya takutkan jika sudah seperti ini dia bahkan ragu jika bisa berhenti. Hilda bahkan sudah memukul pelan dada Satya, lelaki itu tak berhenti, sampai akhirnya "tidak kah kau mencium bau gosong?" tanya Satya pada Hilda.

"Aku cium" ujarnya, sedetik kemudian Satya berbalik dan benar saja dugaannya masakan nya gosong ah masakan yang dia masak tadi jadi sia-sia karena gosong padahal tinggal tunggu sebentar saja, harusnya sudah bisa dihidangkan.

"Astaga masakan mu gosong" pelik Hilda, dia reflek berteriak.

Satya melirik Hilda "Itu semua karena kau menggoda ku" ujar lelaki itu.

"Enak saja, salah sendiri kau tergoda, tapi yah aku maklum lagipula siapa yang tidak tergoda dengan ku?" Hilda senang sekali ketika dia bisa membalikan keadaan, dia sudah hafal pasti lelaki itu akan menyalahkan serta usil padanya.

"Terserah, sekarang karana kau sudah berani menggoda dan membuat masakan ku gosong kau harus membayarnya" ujar Satya setelah itu dia mengangkat Hilda menuju kamar dan membawanya mandi bersama.

Tidak perlu dijelaskan apa yang terjadi disana bukan?

Dan disinilah Satya dan Hilda saat ini, mereka memutuskan untuk makan diluar saja, terlalu malas untuk Satya memasak lagi, lelaki itu mengajak Hilda makan di restoran kesukaannya.

"Terimakasih ya tuan muda yang tampan, kau sungguh baik sekali aku jadi merasa tak enak" ujar Hilda, memang ya gadis ini selalu suka mengejek Satya, tapi Satya suka kok.

"Kau ada pemotretan hari ini?" Satya memecah keheningan disela-sela kegiatan makan mereka, lelaki itu tau jika sebetulnya dia harus diam saja saat makan, tapi terlalu sayang untuk melewatkan obrolan dengan Hilda.

Hilda menggeleng "Tidak ada, aku libur sampai dua hari kedepan karena pemotretan untuk besok dibatalkan photographernya sedang berhalangan" jelasnya, Satya mengangguk tanda ia mengerti.

"Kau sendiri bagaimana ?" gadis itu bertanya.

"Setelah mengantar mu aku akan pergi ke kantor"

Hilda langsung cemberut setelah mendengarnya, memang ya lelaki itu tidak pernah peka akan perasaan perempuan.

Padahal Hilda sudah bilang kalau dia libur sampai dua hari kedepan dan jangan salahkan Hilda pula kalau dia berekspektasi akan menghabiskan waktu liburnya ditemani dengan Satya. Hanya mereka berdua.

Tapi siapa sangka lelaki itu bahkan mengatakan akan pergi ke kantor.

"Dasar tidak peka" ujarnya lalu kembali melanjutkan makan. Diam-diam Satya terkekeh kecil, gadisnya itu memang selalu menggemaskan seperti itu ya?

 Diam-diam Satya terkekeh kecil, gadisnya itu memang selalu menggemaskan seperti itu ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yakin mau membiarkan ku sendiri di apartemen ini?"

"Tentu saja, kenapa memangnya?"

"Tidak ada apa-apa aku hanya bertanya saja tadi, ya sudah aku turun dulu" Sebelum Hilda benar-benar turun Satya lebih dulu menariknya lebih mendekat "Kenapa?" tanya Hilda.

"Don't you want to kiss?"

"Tidak, aku sedang dalam mood yang buruk" Hilda menolak mentah-mentah ajakan Satya barusan dan dengan cepat gadis itu melepaskan tangan Satya lalu keluar dari mobil.

Satya melihat kepergian Hilda terkekeh gemas "Lucunya" dia berkata pada dirinya sendiri lalu setelah dirasa Hilda menghilang dari pandangannya dia melanjutkan mobilnya dan pergi dari tempat parkir apartemen.

Sedangkan dilain sisi ada Hilda yang masih kesal lantaran betul-betul ditinggalkan oleh Satya "Lelaki itu benar-benar ya, lihat saja nanti akan ku buat dia menyesal telah mengabaikan aku" sungut nya.

Dia berjalan ke arah kamar mandi, pikirnya dia perlu mandi untuk sekedar menyegarkan pikirannya. Di acuhkan itu tidak menyenangkan.




Hallo, terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca karya tulis ku, oh iya jangan lupa untuk memberi vote ya di setiap chapter cerita ku. Terimakasih🤍

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan kata demi kata.

Axiomatic [JANGKKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang