8. Home

96 13 0
                                    

Ketika Satya dan Hilda tiba dirumah, mereka tentu saja disambut hangat oleh keluarga Hilda, sudah dibilang hubungan keduanya memang sudah ditahap saling mengenalkan pada keluarga masing-masing, mengingat hal itu Hilda tersenyum kecut "hanya teman" ia mengingatkan dirinya sendiri.

Saat mereka masuk Celina, ibunya Hilda langsung memeluk Satya membuat Hilda merotasikan matanya malas, yang anaknya dia atau satya sih?

"Satya apa kabar, sudah lama sekali sejak terakhir kau berkunjung" Celina berbicara masih dengan posisi memeluk Satya.

"Kabar saya baik Bu" jawab satya.

"Ibu hanya sendirian di rumah?" tanya Hilda sembari mengedarkan pandangan nya.

"Berdua dengan ayah, dia sedang berada diruang kerja. Naik saja ke atas jika ingin melihat ayah"

"Jika begitu, aku akan mendatangi ayah dulu" setelah mengatakan itu tanpa menunggu persetujuan Celina atau Satya, dia langsung berjalan menuju ruang kerja sang ayah.

"Jika begitu, aku akan mendatangi ayah dulu" setelah mengatakan itu tanpa menunggu persetujuan Celina atau Satya, dia langsung berjalan menuju ruang kerja sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CEKLEK

Hilda membuka pintu kerja sang ayah tanpa permisi, memang tidak sopan tapi dia sudah biasa dan ayah tidak pernah protes.

"Sayang, sudah ku bilang aku sedang sibuk, kau tidur duluan saja" tuan Edwin berbicara tanpa melihat kearah depan, fokusnya masih saja teralihkan dengan tumpukan dokumen diatas meja.

Hilda meringis, bekerja di kantor memang harus membaca dokumen sebanyak itu ya? Hilda saja rasanya tidak akan sanggup, mungkin satu saja dia bisa sudah langsung pusing membacanya.

"Kenapa kau terdiam disana?" tanya sang Ayah, lagi-lagi tuan Edwin tidak melirik.

"Ayah!" pada akhirnya Hilda kesal juga, apa susahnya sih melihat sebentar saja?

Sontak Edwin langsung menoleh ke arah Hilda "Hilda, putriku" ujarnya.

Tuan Edwin lantas berjalan dan memeluk putrinya itu, sudah lama sekali rasanya dia tak melihat presensinya Hilda, putri kecilnya itu sudah besar sekarang bahkan sudah bisa mencari uang sendiri.

"Kenapa tak mengabari ayah dulu jika ingin berkunjung?"

"Jadi maksud ayah, aku harus izin terlebar dahulu jika ingin datang ke rumahku sendiri?"

Tuan Edwin menggeleng sambil terkekeh, lalu kembali memeluk Hilda "Tentu saja tidak, kau bisa datang kapan saja kau mau" ujarnya.

"Tapi jika kau bilang terlebih dahulu, ayah dan ibu tentu saja akan menyiapkan sesuatu yang spesial untuk mu" lanjut tuan edwin.

"Tidak perlu repot-repot ayah, oh ya apa ayah masih sibuk?" tanya Hilda.

Tuan Edwin menggeleng "tentu saja tidak, ada apa?"

BOHONG

Hilda tersenyum, dia tau ayahnya itu sangat sibuk, tapi dia senang juga ketika mendengar jawaban ayahnya. Walaupun jawaban tersebut sebuah kebohongan.

Axiomatic [JANGKKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang