11.2 - Game

355 47 5
                                    

Jay membuka kamarnya yang ternyata tidak dikunci, pemuda manis itu langsung masuk. Keadaan kamar itu sunyi, apalagi Ni-ki yang ada di dalam sana sedang tertidur tertelungkup dilantai.

Jay mengerjapkan mata heran lalu meletakkan makanan Ni-ki diatas meja belajar. Ia mendekati Ni-ki yang masih di posisi yang sama di lantai.

"Ni-ki? Kau baik-baik saja?"

"Apakah nampak baik-baik saja?" Suara Ni-ki terdengar menyebalkan.

"Itu-aku membawa makananmu."

Mendengar ucapan Jay, Ni-ki langsung duduk. Membuat Jay cukup terkejut dan mundur satu langkah. "Oh, Thanks God! Aku pikir akan mati kelaparan!"

Jay tersenyum simpul. "Berlebihan! Kau tinggal mengambilnya di kamar Sunghoon dan Jake, kan?"

Ni-ki berdiri diikuti oleh Jay, pemuda tampan berambut perak tersebut langsung duduk dikursi lalu membuka makanannya.

Jay menghela nafas panjang dan mengambil pengisi daya ponsel miliknya didalam laci meja belajar. Ni-ki memperhatikan gerak-gerik Jay sembari menyuap makanannya. Ia tidak berbohong jika dia memang sangat lapar.

"Kekasihmu membenciku, kelihatannya." Ni-ki memecah keheningan.

Jay yang tadinya fokus pada ponsel lalu mengarahkan tubuhnya untuk melihat Ni-ki. Senyuman tipis ia perlihatkan sebelum ia sibuk dengan ponselnya kembali.

"Emosinya hanya sedikit tidak stabil belakangan ini. Tenang saja, kurasa kau dan Sunghoon bisa menjadi teman baik."

Ni-ki tidak jadi menyuap makanannya. Rasa lapar yang tadi ia rasakan seperti lenyap kala mendengar suara lemah Jay.

Pemuda manis itu meletakkan ponselnya diatas meja lalu berjalan menuju ranjangnya sendiri. Berbaring disana, sambil menatap langit-langit. Ni-ki tahu, ada yang mengganggu pikiran pemuda manis itu.

"Kau... apakah sangat mencintai kekasihmu itu?"

Jay cukup terkejut dengan pertanyaan Ni-ki, ia menatap Ni-ki taat. Hingga beberapa saat kedua pemuda itu saling berbalas pandang.

Kemudian, sinar mata Jay melembut. Wajahnya merona merah dengan senyuman tipis. Sungguh, Ni-ki ingin sekali memuji Jay saat ini. Ekspresi lugu yang Jay perlihatkan cukup menjawab pertanyaannya, bukan?

"Sangat... Sunghoon adalah segalanya bagiku."

Jawaban itu membuat Ni-ki sakit hati. Meski ia tidak tahu mengapa rasanya dadanya sesak tatkala Jay mendeklarasikan dengan jelas bagaimana perasaannya pada Sunghoon di depan Ni-ki. Bisa dilihat tidak ada keraguan dimata Jay sama sekali.

"Hm.. terlihat jelas."

"Begitukah?" wajah Jay merona merah sekali. "Apakah terlalu jelas?"

"Kau pikirkan saja sendiri."

Ni-ki kembali melanjutkan makannya. Membiarkan Jay yang kini mengerucutkan bibir sembari memeluk bantal.

Keadaan kembali hening sampai Ni-ki selesai makan. Jay tidak tertidur, ia kembali hanyut dalam pikirannya sendiri. Hingga tidak sadar Ni-ki sudah duduk ditepi ranjang Jay.

Nampaknya Jay masih terperangkap dalam pikirannya sendiri, Ni-ki bahkan sudah mengayunkan telapak tangannya didepan wajah Jay. Tapi tidak ada tanggapan sama sekali.

"Jinjjayo-Annyeonghaseyo, Jay-ssi?" Ni-ki berujar dengan bahasa Korea lumayan keras.

Jay mengerjapkan mata, akhirnya sadar bahwa ada seseorang yang duduk didekatnya. Ni-ki memutar bola mata saat melihat wajah lugu Jay menghadap kearahnya.

Connected [Sungjay/Wonjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang