8.2 - You are Here

417 60 21
                                    

Pagi akhirnya datang kembali, sinar mentari masuk kedalam ruangan tersebut melewati kaca jendela. Gorden sudah disibak sejak dari tadi, hingga cahaya matahari langsung menyilaukan mata pemuda tampan yang masih saja tertutup. Memaksa untuk terbuka secara perlahan.

"Selamat pagi, Shelton." sapa sang ibu sembari meramu menu sarapan untuk Sunghoon.

Jake tidak berada disana karena ia sudah pulang beberapa menit yang lalu. Bagaimanapun ia tetap harus masuk kuliah, bukan? Sudah nyaris seminggu ia tidak masuk.

"Nanti sore Jake akan kemari lagi."

"Mama, aku tidak bertanya dimana Jake." Jawaban Sunghoon malah seperti itu.

Sang ibu hanya tertawa kecil melihat tingkah anaknya. Ia mendekati Sunghoon, membawa semangkok bubur hangat.

Mata Sunghoon hanya tertuju kearah pintu masuk, sang ibu mengikuti arah mata sang anak. Masih tersenyum bahkan lebih lebar.

"Menunggu seseorang?"

"Kata Jake hari ini dia akan datang."

"Tentu, dia sudah berjanji." Sang ibu membantu Sunghoon untuk duduk. "Kau harus mengisi tenaga sebelum ia datang."

Dibantu sang ibu, Sunghoon berbenah dengan patuh terlebih dulu dikamar mandi. Seperti mencuci wajahnya dan menggosok gigi, semua ia lakukan dengan cukup semangat.

Ia tidak mau berpenampilan berantakan jika Jay datang. Ia juga makan dengan cepat hingga nyaris tersedak. Selama itu pula mata Sunghoon terus tertuju pada pintu.

Namun walau sudah nyaris satu jam berlalu tidak ada tanda-tanda seseorang akan datang. Pemuda tampan itu melirik jam, sudah pukul 9 pagi.

"Mama, bolehkah aku menunggunya diluar?" tanya Sunghoon diluar dugaan.

"Shelton, bersabarlah. Kau belum pulih sepenuhnya, jadi lebih baik kau tetap menunggu disini."

"Ibu tidak tahu seberapa lama aku menunggu selama ini!"

"Shelton-"

Sunghoon terlihat tidak senang, ia begitu tidak sabar menunggu. Ia berusaha untuk turun dari ranjangnya, namun Sandara tetap menahan anaknya.

Hati Sunghoon menggebu-gebu. Ia ingin segera bertemu. Walau nanti Jay hanya datang menemuinya sebentar kemudian pergi lagi, tidak apa-apa, Sunghoon hanya ingin bertemu.

Rindu itu sudah tak terbendung

Bolehkah ia berharap lebih?

Bolehkah?

"Shelton, ibu mohon!"

"Selamat pagi."

DEG

Suara itu...

Gerakan Sunghoon terhenti seketika ketika ia dengar suara beserta bunyi ganggang pintu terputar.

Sandara yang mencegah Sunghoon untuk turun dari ranjang mengalihkan pandangan mata tepat saat pintu itu sudah terbuka setengah.

Begitu juga dengan Sunghoon, terdiam tak bergerak. Seakan tidak mempercayai mata tajamnya ketika melihat kaki seseorang melangkah masuk.

Sungguh, seakan melihat bidadari yang turun dari khayangan.

Mata tajam itu membulat sempurna, ingin merangkap sosok indah yang kini terhenti sempurna ditempat karena dipandangi seperti itu.

Mereka berdua sama-sama membeku. Mengkhayati masing-masing pancaran jiwa dihadapan. Bagaimana tidak, mereka berdua seperti terbawa dalam dunia yang ada didalam bola mata satu sama lain.

Connected [Sungjay/Wonjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang