13.2 - Bad News

231 23 0
                                    

Situasi ternyata tidak seperti yang Jay duga. Kantin lantai 3 gedung tersebut ternyata sangat sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa dan dosen, tidak sebanyak kantin lantai dasar yang biasa Jay kunjungi.

Jay jadi sedikit waswas dan bermaksud mengurungkan niatnya. Tetapi disaat ia membalikkan tubuhnya untuk pergi dari tempat itu, Ni-ki sudah ada dibelakangnya.

Tersenyum.

Glek!

Jay menelan kasar air liurnya lalu menunduk dalam. Melihat reaksi Jay, Ni-ki menghela nafas panjang kemudian mengacak-acak rambutnya malas. Ia benci kala melihat sikap Jay yang seperti ini, seperti ketakutan.

Tidak kemarin, tidak sekarang, jika Ni-ki ada di hadapannya. Jay pasti selalu menunduk. Padahal Ni-ki sudah mulai mencoba untuk tersenyum tulus.

Tapi sepertinya image Ni-ki di mata Jay tidak akan secepat itu berubah hanya karena senyuman.

"Ayo, kita ambil meja untuk berdua." Ujar Ni-ki kembali memasang wajah dingin.

Ia berjalan meninggalkan Jay, membuat pemuda manis mengikutinya dibelakang. Mengikuti kemana Ni-ki berjalan. Dan setelah menemukan tempat yang cocok, Ni-ki mempersilahkan Jay duduk.

"Kau ingin memesan apa?" tanya Ni-ki disaat pelayan menghampiri mereka.

Jay menyerahkan segalanya pada Ni-ki karena pemuda manis itu malas berfikir. Alhasil Ni-kilah yang menentukan pesanan Jay dan dirinya sendiri.

Setelah memesan, keadaan hening. Kedua mata Jay enggan menatap Ni-ki, sedari tadi ia hanya melihat kearah luar jendela yang tepat berada disampingnya. Ni-ki menghela nafas, lagi.

"Kau takut padaku?"

Tepat sasaran!

Jay langsung menatap Ni-ki, agak terkejut karena tebakan Ni-ki barusan. "Siapa yang takut padamu?"

"Sikapmu yang menunjukkan bahwa kau takut padaku."

"Mengapa aku harus takut padamu!"

Ni-ki suka ini. "Pertanyaan itu yang seharusnya aku tanyakan padamu, mengapa kau takut padaku?!"

"Sudah kukatakan aku tidak takut padamu!" Jay terus melawan ucapan Ni-ki.

"Kalau memang tidak, tatap aku!"

DEG

Jay terdiam, cukup terkejut dengan apa yang dikatakan Ni-ki. Wajah pemuda tampan itu benar-benar serius, tak ada kesan main-main.

Sekali lagi Jay mengakui betapa tampannya pemuda dihadapannya ini. Jay bisa memastikan jika Ni-ki pernah beberapa kali ditanyai oleh pencari bakat karena ketampanannya tersebut.

"Jika kau takut menatapku karena kekasihmu, kau sungguh bodoh! Kekasihmu yang posesif itu sangat menyebalkan! Apapun niat baikku padamu selalu saja dianggapnya sebagai hal yang salah! Memangnya apa salahnya kau dan aku berteman?" Baru kali ini Jay mendengar Ni-ki berkata sepanjang itu.

"Aku rasa Sunghoon menganggapmu orang yang berbahaya." jawab Jay spontan.

Ni-ki memutar bola matanya malas. "Memangnya aku pembunuh bayaran?"

Jay menghela nafas panjang, sangat panjang sehingga Ni-ki agak heran. "Begini, Nishimura Riki. Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan padaku?"

Pemuda tampan tersebut melipat tangan didada. Pas sekali pesanan mereka sudah datang dan itu sedikit mengacaukan konsentrasi Jay karena—

Wow! Bagaimana ia bisa memperhatikan Ni-ki jika dihadapannya tersaji Cheesecake dengan siraman saus Strawberry serta secangkir Ice Chocolate.

Pesanan Ni-ki hampir sama dengan Jay hanya saja Cheesecake milik Ni-ki tidak memakai saus Strawberry melainkan White Chocolate.

Connected [Sungjay/Wonjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang