8.1 - Boyfriend?

342 48 1
                                    

Detakan jantung memberitahuku

Segala keserasian atas pemikiran dan takdir kita

Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu

Maka kau tidak akan pernah merasa kesepian

.

.

.

Jay sibuk sekali pada hari ini, ia melengkapi dokumen dan data yang diperlukan Universitas karena ia akan resmi menjadi mahasiswa Harvard dua hari lagi.

Mereka akan memulai pembelajaran seperti biasa. Student exchange dari Korea memang mendapat hak istimewa karena dianggap tamu terhormat.

Nyaris pukul 9 malam ia baru selesai melengkapi semuanya, dan beruntung Namjoon mau membantu hingga tuntas walau professor muda tersebut harus meninggalkan Jay beberapa kali karena jadwal mengajarnya.

Bersyukur Ni-ki membantunya selama ini, atau tidak Jay pasti akan sangat pusing melengkapi semuanya karena beberapa data yang harus dilengkapi harus mendapat balasan atau persetujuan dari Seoul langsung yang dikirim lewat email.

Jay membuka pintu kamar asramanya, memijat kepalanya yang sedikit pening. Bagaimana tidak, ia mondar mandir untuk menyelesaikannya tanpa kesalahan. Rasanya ia ingin langsung beristirahat dan tidur. Jadi, besok pagi itu bisa kerumah sakit untuk bertemu dengan Sunghoon.

Ia meletakkan tas sandangnya pada kursi meja belajar, menilik kamarnya yang kosong. "Ni-ki pergi kemana?"

Pemuda manis menggidikkan bahu kemudian mengambil handuk bersih, ia membuka kancing kemejanya sembari berjalan menuju kamar mandi, dan-

Klek

"Waa!"

Dua pemuda itu nyaris bertabrakan, untung saja Jay berhasil menghentikan langkah yang sudah didepan pintu kamar mandi saat pintu itu tiba-tiba terbuka.

Ni-ki keluar dari sana. Tetap dengan wajah tanpa ekspresi, menatap Jay lamat-lamat.

"Oh Tuhan, kau mengagetkanku!" Jay memegang dadanya.

"Kau sudah pulang rupanya." Ni-ki berjalan melewati Jay sembari mengusap rambutnya yang basah, ia sudah mengenakan pakaian bersih.

"Sudah, tapi besok pagi aku akan langsung ke rumah sakit." Jay tersenyum tipis. Matanya mengikuti Ni-ki yang menghidupkan televisi lalu mengambil sekaleng coke dari lemari pendingin.

Jay mengerutkan kening, tunggu, ada yang aneh.

"Ni-ki, sejak kapan kamar kita memiliki televisi dan lemari pendingin?" tanya pemuda manis itu sambil mengerjapkan mata.

"Hmm... entahlah, pihak universitas yang memberikannya kemarin siang. Mungkin karena kita mahasiswa dari Seoul, jadi perlakukan agak spesial."

"Ah.. begitu."

Jay berjalan masuk kedalam kamar mandi, menutup pintu perlahan. Tidak sengaja ketika celah pintu nyaris tertutup semua, mata Jay menangkap sorot Ni-ki menusuk kearahnya.

Beberapa detik kedua mata itu terkait, hingga pintu tertutup sepenuhnya, Jay merasa bulu kuduknya meremang. Terbayang tatapan tajam penuh dengan pertanyaan dari mata Ni-ki.

"Mengapa dia selalu menatapku seperti itu?" bisik Jay sedikit cemas. "Apakah aku pernah berbuat salah padanya?"

.

.

.

Keluarga besar Sunghoon sedang berbahagia, nenek Sunghoon di Washington bahkan menangis haru ketika mendengar kabar sang cucu tersayang sudah sadar dan membaik.

Connected [Sungjay/Wonjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang