10.1 - Artemis

304 50 3
                                    

Percayalah

Aku tercipta hanya untukmu

Aku ada hanya untukmu

Meski ribuan kesempatan menawarkan yang lebih baik

Aku tidak akan pernah lari darimu

Percayalah

.

.

Jay tiba dirumah sakit pukul 7 petang, Namjoon dan ia berjalan masuk kedalam gedung rumah sakit. Tidak banyak yang dibicarakan oleh mereka berdua, hanya seputar bagaimana kesan pertama Jay tentang sistem perkuliahan Harvard. Jay memang anak yang mudah bergaul, tadi saja ia sudah mendapat beberapa teman.

"Kuharap kesan yang kau dapat baik tentang Harvard."

"Tentu saja, professor. Harvard sangat luar biasa!"

Mereka berdua terus berbincang hingga sampai dikamar Sunghoon. Pemuda manis itu langsung berhambur kearah sang kekasih, Sunghoon sudah siap dengan pakaian casual dan sang ibu yang memakaikan jaket kulit pada tubuhnya.

Saat Jay datang, pemuda tampan itu tidak bisa menahan senyuman dan membuka pelukan. Namjoon menunduk dalam pada Sandara, tentu saja Sandara membalas dengan perlakuan sama.

"I am sorry, professor. Saya tidak bisa ikut mengantarkan Sunghoon ke asrama, saya titipkan anak saya pada anda." Sandara bertutur sedih.

"Ada apa?" bisik Jay pada Sunghoon setelah mendengar ucapan Sandara pada Namjoon.

"Sepertinya nenekku membutuhkan mama saat ini. Nenek cukup lama menangani usaha keluarga sendirian. Lagipula aku sudah tidak apa-apa."

"Kau yakin?"

"Ya... kau ada disisiku, bukankah itu sudah cukup?" Sunghoon mengusap rambut Jay, pemuda manis itu hanya menggembungkan pipinya lalu mengangguk.

Sandara kembali ke Washington malam ini juga. Namjoon membantu Sunghoon untuk mengangkat barang-barangnya kedalam mobil. Sandara sudah menaiki taksi beberapa menit yang lalu.

Jay membantu Sunghoon untuk duduk dibangku penumpang bagian belakang. Dan atas permintaan Sunghoon, Jay duduk disebelahnya. Alhasil, Namjoon terpaksa duduk didepan sendirian.

Perjalanan tidak sesunyi yang dikira, Jay terus saja berbicara tentang pengalaman pertamanya berkuliah di Harvard sedangkan Namjoon dan Sunghoon meresponnya.

Entah sejak kapan Namjoon dan Jay bisa sedekat ini. Padahal bisanya seorang professor akan sedikit sulit dekat dengan mahasiswanya.

"Aku sudah berkenalan dengan Yeonjun secara resmi tadi siang. Dia anak yang ramai!" ujar Jay sembari memainkan tangannya.

Sunghoon tersenyum melihat tingkah lugu Jay. Sungguh, suasana seperti ini yang ia rindukan. Tanpa ragu, ia menyandarkan kepalanya pada pundak Jay. Membuat pemuda manis yang dari tadi bercerita dengan semangat terdiam.

Jay mengerjapkan mata lalu melirik Sunghoon yang mempernyaman posisi duduknya. Wajah Jay sudah merona.

"Lanjutkan saja ceritamu." Ujar Sunghoon dengan mata yang sudah terpejam.

Jay tersenyum tipis kemudian meletakkan kedua tangan Sunghoon diatas pangkuannya, agar tidak kedinginan karena AC mobil.

"Ah, Apakah Professor tahu dengan anak yang bernama Bona? Apakah dia benar-benar perempuan? Dia bahkan lebih tampan dariku!"

Namjoon tertawa. "Memang wajahmu lebih terlihat seperti perempuan, Jay."

"Tidakkk! Aku jauh lebih tampan! Oh ya~ Aku juga bertemu dengan anak bernama Asahi!" Jay terus saja bercerita panjang lebar menghangatkan suasana.

Connected [Sungjay/Wonjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang