16.2 - Hesitation

235 29 9
                                    

Sunoo tidak bisa kembali tidur. Ia hanya menatap ponselnya, sambungan telepon dengan Jay sudah berakhir beberapa puluh menit yang lalu. Pemuda cantik itu menghela nafas panjang.

Ia bangkit dari ranjang, memakai pakaian hangat lalu keluar dari kamarnya. Ia bermaksud membuat susu coklat ataupun sesuatu untuk membuat mood-nya membaik.

Terlalu banyak kejadian menegangkan terjadi belakangan. Apalagi ia dan Jungwon masih bersitegang. Sungguh, kepalanya seakan ingin pecah.

Begitu ia masuk kedalam area dapur, "Jungwon.." Sunoo melihat adik tirinya disana.

Jungwon yang sedari tadi sibuk membuat susu hangat menoleh kearah Sunoo. Wajah lelah Jungwon tidak terkesan baik, ia tidak memberikan senyuman ataupun membalas sapaan Sunoo.

Membuat pemuda cantik itu menghela nafas panjang, berjalan mendekati Jungwon yang sudah tidak memperhatikannya.

"Kau masih marah padaku?" tanya Sunoo begitu lembut.

Jungwon tetap mengaduk susu coklatnya. Tidak mengacuhkan pemuda yang kini berdiri tepat disampingnya.

"Harus berapa kali aku harus minta maaf kepadamu?"

Agak kesal, Jungwon menghentikan gerakannya. Mengarahkan tubuhnya berhadapan dengan Sunoo.

Raut wajah Jungwon yang nampak terganggu sama sekali tidak menyurutkan keinginan Sunoo untuk terus berbicara pada Jungwon. Sungguh, dimana Jungwon akan menemukan manusia sesabar Sunoo.

"Aku sudah memaafkanmu. Jadi berhenti bicara padaku." Suara Jungwon sangat dingin.

Sunoo kembali menghela nafas. "Jay menghubungiku, beberapa menit yang lalu. Ia menanyakanmu. Mengapa ponselmu tidak bisa dihubungi dan bagaimana keadaanmu saat ini."

Mata Jungwon yang tadinya malas berubah seketika kala mendengar perkataan Sunoo. "Lalu? Apalagi yang ia tanyakan?"

Sunoo tersenyum tipis, agak terluka dengan reaksi Jungwon. Begitu ia mendengar nama Jay, air mukanya langsung bahagia.

"Ia hanya menanyakan hal itu."

Jungwon tersenyum senang, entah mengapa ia merasa sangat lega. Senang karena Jay ternyata masih memperdulikannya.

"Dan kau tidak mengatakan apa-apa perihal kepergianku ke Amerika lusa besok, kan?"

Haruskah kau menikamku sesering ini?

"Tidak." jawab Sunoo pendek, benar-benar terhenyak atas reaksi Jungwon yang seakan tidak pernah memikirkan perasaannya.

Apakah lebih baik aku benar-benar mundur?

Jungwon yang puas dengan jawaban Sunoo, bergerak pergi sembari membawa segelas susu coklat menuju kamarnya. Namun langkah panjang tersebut tiba-tiba terhenti kala ia mendengar Sunoo kembali memanggilnya.

Jungwon membalikkan tubuhnya, menatap pemuda yang lebih mungil darinya itu dengan tatapan penuh tanya. Wajah Jungwon tidak sedingin awalnya.

"Jungwon... bisakah kita bicara sebentar?"

Kuharap... tak akan ada rasa sakit separah ini

"Tentang apa?" tanya pemuda itu cepat.

Sunoo menghela nafas panjang, sebelum akhirnya menatap Jungwon dengan sangat lekat.

Jujur saja, Jungwon pun merasa agak lain dengan tatapan Sunoo. Tidak biasanya Sunoo menatapnya seperti itu. Mata indah Sunoo menggambarkan beberapa ekspresi.

Sakit. Lelah. Muak. Takut... semuanya.

Tampar saja dengan kenyataan, aku sudah bosan menyimpan dusta.

Connected [Sungjay/Wonjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang