Bab 1 Anak Kos Baru

97 11 2
                                    



"Kamu beneran gk perlu Momy antar sampai kos?" Ibunya kini agak khawatir melepas anak tunggalnya menempuh pendidikan jauh dari rumah. Yang ditanya menggeleng dengan cepat sambil menenteng tas dan kopernya.

"Tenang aja Momy, ada Satria yg akan selalu jaga dia kok". Pemuda yg lebih tua beberapa bulan dari anaknya kini mencoba meyakinkan Momy sahabatnya yg khawatir akan putra satu-satunya itu.

Meski agak cemas tapi Momy sedikit lega dan tersenyum kearah Satria "Makasih banyak ya sudah mau direpoti anak Momy, nanti klo ada apa-apa sama kalian hubungi Momy ya, jagn lupa jaga kesehatan, dan..."

"Aaa... Momy udah dong, ntar makin kemaleman sampe kosnya" sebelum wejangan Momy semakin panjang kali lebar, mari kita potong dulu. Bukannya gk sopan sih tapi mau gimana lagi, ntar anaknya gk berangkat-berangkat.

"Iya-iya... hati-hati ya... inget kata Momy tadi Lyon, Satria" sambil berpelukan untuk melepas kepergian anaknya dan anak temannya tadi.

.

.

.

Di dalam pesawat...

"Buset dah Momy mu udah kayak ngisi kuliah aja" meski ngomong gitu Satria paham sih kenapa Momy sahabatnya kayak gitu. Kayaknya Mami Satria doang deh yg seneng akhirnya anaknya yg paling rusuh ini sekolah jauh dari rumah, batin Satria.

Satria menengok sahabat yg duduk disampingnya namun tidak ada jawaban sama sekali, biasanya dia ikut gibah, eh ngomong maksudnya.

"Ly, Lyon...et dah ni bocah tidur ternyata". Dengus Satria.

.

.

.

"Aksa..."

"Hemm..."

"Aksa..."

"Hemm..."

"Aksa..."

"Hemm..."

"Aksa..."

"Et buset dah Bang, mulai tadi kenapa sih manggil-manggil, sudah dijawab juga". kesabaran Aksa yg semakin terkuras setiap saat karna ngadepin Abang tertua satu kosnya ini. Yg manggil malah ketawa...

"Sabar Sa, orang sabar dompetnya tebal" ucap Gyan yg duduk di ruang TV bareneng temannya berempat dari tadi.

"Klo ini mah bikin dompet tipis Gyan" ucap Aksa yg masih Kembali berkutat dengan laptopnya.

"Kok bisa?" Haidar yg dari tadi manggil Aksa penasaran.

"Soalnya disabarin bikin darah tinggi, terus harus berobat, pengeluaran banyak, dompet pun jadi tipis" bukan Aksa tapi Zain yg memberikan penjelasan sesingkat dan sejelas mungkin

"Hahaha" tawa garing Haidar menanggapi jawaban Zain.

"Eh tapi beneran gue mau tanya lho Sa, tapi sambal mikir dulu tadi mau tanya apa" sambungnya.

Gyan dan Zain tidak menanggapi lagi, dan lebih fokus kembali menonton TV.

1 menit... 2 menit... 3... menit

"O iya...!!!"

"Et dah Bang Hai, kenapa sih...?"

"Ngagetin orang aja"

Grutu Gyan dan Zain yg di sambung Aksa.

"Hehehe... sorry, sorry, gue baru inget tadi mau tanya apa ke Aksa, jadi gini..."

"Apa?! Jangan ngemeng lupa lagi" lirik Aksa.

"Ngomong Sa, bukan ngemeng" koreksi Gyan.

"Iya itu maksud , kepleset dikit gk ngaruh". Elak Aksa, "Jadi udah inget belum mau tanya apa Bang Hai, lama betul dah, keburu kucing tetangga lahiran".

Bambang's Boarding HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang