CHAPTER~05

214 7 4
                                    

05. PERTEMUAN SINGKAT
SI MBAK MBAK SANTRI DAN
MAS-MAS BRANDALAN

.
.
.

Satu minggu telah berlalu, setelah menginap di rumah kedua orang tuanya, kini Alana kembali pulang ke pesantren.

Dan pagi ini Alana sudah dipenuhi dengan kegiatannya, yakni mencuci pakaian keluarga ndalem bersama Zenara.

Fyi: Alana dan Zenara adalah abdi ndalem.

"Assalamualaikum Alana, Zenara." Sapa nyai Syakila, wanita paruh baya yang seumuran bunda Kaniya itu, datang bersama gus Narendra dengan dua tas kantong besar pakaian.

"Waalaikumsallam, bu nyai, dan gus Naren." Jawab keduanya.

Kedua mata gus Naren menelisik setiap sudut tempat laundry
"Yang lain belum ada? Hanya kalian berdua saja disini?" Tanya gus Naren.

Alana dan Zenara saling lirik.

"Hm? Mana yang lain Alana?" Tanya gus Naren ulang.

"Em yang lain lagi ada kegiatan gus, kata—"

"Kegiatan apa?" Potong gus Naren.

Jika gus Naren sudah memotong pembicaraan seperti ini, itu artinya Amarah mulai menguasai nya.

"Narendra, kecilkan suaramu, mereka takut." Ujar nyai Syakila sambil memegangi bahu kokoh putranya.

"Maaf. Yasudah, silahkan kalian cuci pakaian saya. Saya pamit duluan, assalamualaikum." Gus Narendra meletakkan dua kantong kresek hitam di atas meja. Lalu beranjak pergi.

"Alana," panggil nyai Syakila.

Alana mendongak menatap nyai Syakila, begitupun dengan Zenara ia juga ikut menatap wajah cantik nyai mereka.

"Bisa ikut nyai sebentar?"

Alana langsung mengangguk. Alana adalah tipikal orang yang tidak akan pernah menolak apapun yang orang lain minta, selagi itu masih berbau hal positif, ia akan menyanggupinya.

"Zenara, Ala keluar sebentar ya, anti tunggu sebentar oke? Jangan mencuci duluan, tunggu Ala ya." Ucap Alana, dan di angguki Zenara.

Alana berjalan di belakang nyai Syakila.

Tentu saja nyai Syakila merasa tak enak hati, ia berhenti dan menoleh ke belakang.

"Alana, berjalan di samping mama aja ya? Anggap saya seperti mama kamu." Nyai Syakila lalu menarik lembut tangan putih Alana, hingga sejajar dengannya.

Dan pemandangan antara sejajarnya  berjalan seorang bu nyai Syakila dan Alana si santriwati tingkat akhir itu, mampu membuat semua orang sedikit heran.

Tapi Alana tak ambil pusing, ia tetap melanjutkan perjalanannya.

..

"Duduk dulu ya, mama mau ke atas dulu." Ucap nyai Syakila, dan di angguki oleh Alana.

Alana duduk di atas sofa. gadis bergamis hitam dan berhijab segiempat itu, menyapu seluruh pandangannya pada sudut rumah ini.

"Eh ada Alana, hai Alana!" Sapa Asya, entah darimana datangnya gadis ber usia 24 tahun itu, yang pasti, penampilan Asya membuat Alana sedikit kaget.

Leging hitam panjang sampai mata kaki, dan rok berwarna putih selutut, baju warna hijau sage berukuran crop, dan jangan lupakan hijab putih yang sengaja di lilitkan di leher.

"Astagfirullah." Gumam Alana pelan.

Dengan pedenya, Asya tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih.

SANTRIWATI PILIHAN UMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang