CHAPTER~07

171 10 9
                                    

07. Makan besar

.
.
.

Satu minggu telah berlalu, kini keluarga kecil Papa Galva dan umi Zaya, tengah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan keluarga kecil kiai Aksa Alzeinandra dan keluarga kecil ayah Aiden dan bunda Kaniya.

Ketiga sahabat karib itu sudah janjian ingin makan makan bersama di rumah papa Galva, sekalian membahas tentang perjodohan antara Alden dan Alana.

"Umi! Umi!" Alden terus saja memanggil manggil uminya dengan sedikit berteriak sambil menuruni anakan tangga.

Umi Zaya hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya akan tingkah Alden.

"Kenapa Alden?" Tanya Umi Zaya saat Alden sudah berdiri tepat di hadapannya. Wanita paruh baya itu mendongak ke atas karena Alden begitulah tinggi.

"Umi kunci motor Alden mana? Alden mau main sama temen temen." Ucap Alden. Ia mengenakan kaos oblong berwarna putih, juga mengenakan celana panjang berwarna hitam, dan di padukan dengan jaket kulit khas kebanggaan nya.

"No no no. Hari ini kamu tidak boleh kemana mana, dan untuk kunci motor kamu, silahkan tanya sama papa kamu." Ujar umi Zaya.

Alden menatap melas ke arah uminya
"Umiii, Alden minta tolong sama umi, tolong mintain kunci motor Alden sama papa."

"Minta sendiri aja, umi sibuk." Kata umi Zaya. Lalu berjalan ke arah dapur.

Alden mengikuti langkah uminya
"Umi, umi kan tau papa gimana tegasnya sama Al, pasti papa gak mau ngasih kalau Al minta mi."

Umi Zaya mengedikkan bahunya.

"Umi—"

"ASSALAMUALAIKUM! UZAYY, ACA CANTIK WELCOMEEE!"

Alden memutar matanya malas, sudah tidak kaget lagi ia jika mendengar teriakan melengking nan cempreng. Pastilah itu suara bawel milik Asya.

"Ma, kayaknya Aca bukan umur 24 tahun deh, tapi umur 4 tahun 2 bulan." Celetuk Herlina pada Syakila.

Syakila tertawa kecil.

Kenapa ada Herlina? Karena dimanapun keluarga kecil kiai Aksa berada, pastilah ada Herlina yang nyelip di antara antara keluarga itu. Karena Herlina sudah dianggap seperti anak sendiri oleh kiai Aksa dan Syakila.

"Assalamualaikum." Ucap mereka semua saat melangkahkan kaki mereka masuk ke dalam rumah besar bernuansa Eropa itu.

"Waalaikumsallam! Ayo masuk!" Seru umi Zaya, ia menyambut begitu gembira saat melihat kedatangan kedua sahabatnya.

"Ayo duduk dulu, makanannya masih di masak sama bibi, tunggu bentar ya." Ucap Umi Zaya.

Mereka semua duduk di sofa.

Alden memilih untuk tidak jadi pergi, karena merasa tak enak karena adanya kedatangan keluarga kiai Aksa. Meskipun sikap dan sifatnya buruk, tapi jika sudah ada kedatangan keluarga kiai Aksa dan keluarga ayah Aiden, ia tak kemana mana. Karena dua keluarga kecil dari sahabat uminya itu, begitu menyayanginya.

Lantas ia membuka jaket kulitnya, dan menghempaskannya di kursi pojok.

Lalu ikut bergabung duduk di samping gus Narendra.

SANTRIWATI PILIHAN UMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang