CHAPTER~03

195 7 0
                                    

03. DIA SIAPA UMI?

.
.
.

Asya dengan ugal ugalan mengikuti mobil umi Zaya.

Sedang didalam mobil, Alana yang sedang duduk bersama umi Zaya di belakang, merasa ada yang aneh.

"Em tante," panggil Alana pelan.

Umi Zaya menoleh, ia tersenyum
"Iya?"

Alana menoleh ke belakang
"Kok motor hitam itu ngikutin kita terus ya?"

Umi Zaya mengikuti arah pandangan Alana. Umi Zaya memperhatikannya dengan seksama.

Lalu wanita itu tersenyum, ia tahu siapa si pengendara bermotor hitam yang terlihat brutal itu.

"Itu ning Asya, Alana." Ucap Umi Zaya.

"Hah?!" Alana kaget. Ia memperhatikan dengan seksama motor Asya. Gadis ber usia 21 tahun itu terlihat seperti preman di mata Alana.

"Alana, kamu pasti bingung kan, kenapa sikap ning Asya berbeda dengan sikap gus Narendra? Dan, kamu pasti bingung kan, kenapa bu nyai Syakila tidak pernah marah ataupun menegur ning Asya?"

Alana mengangguk. Ada banyak hal yang tidak Alana ketahui disini. Tentang masa lalu ayah dan bundanya, tentang masalalu Asya dan Narendra. Dan masih banyak lagi yang tidak Alana ketahui disini.

"Dulu, waktu ning Asya ber usia 17 tahun, ning Asya pernah membuat satu kesalahan besar. Dan itu membuat kiai Aksa dan bu nyai Syakila marah besar dan kecewa pada ning Asya. Ning Asya di usir dari rumah, dan pada malam itu, tidak ada tujuan ning Asya selain ke rumah neneknya, bunda dari bu nyai Syakila. Ning Asya dan gus Narendra tidak di sekolahkan di pesantren mereka. Tapi di sekolah umum." Umi Zaya menjeda sebentar.

"Ning Asya salah pergaulan, ia jauh dari kata tuhan, dan dunia ning Asya sangatlah bebas. Itulah mengapa cara berpakaian, sikap, gaya bicara, dan tingkahnya berbanding jauh dengan kakak kembarnya, gus Narendra. Ning Asya adalah duplikat bu nyai Syakila waktu muda." Umi Zaya mengakhiri kalimatnya dengan kalimat final.

Papah Galva mulai membuka suara
"Om tahu apa yang ada didalam pikiran kamu Alana. Sifat Asya tidak mencontohkan seperti gelarnya, yaitu ning. Itu kan yang ada didalam pikiran kamu?"

Alana bungkam. Ia tak menjawab, karena apa yang dikatakan papah Galva benar adanya.

"Em ... kalau boleh tahu, kesalahan besar apa yang dibuat ning Asya? Sampai sampai bu nyai dan kiai marah besar?"

Umi Zaya menatap papa Galva.

"Maaf Alana. Kami tidak bisa memberitahukan tentang masalah besar itu, karena itu adalah masalah pribadi mereka. Kita tidak perlu ikut campur atau menggeledah masalah mereka." Ujar papa Galva.

"Nah, kita sudah sampai." Umi Zaya mengalihkan topik.

Baru saja Umi Zaya turun dari mobil, ia sudah di kejutkan oleh pelukan mendadak dari seseorang.

Saat ia menoleh, umi Zaya memutar matanya malas.

"Umiii!"

"Aca yaallah! Umi kaget tahu gak?!"

Asya menjauhkan tubuhnya dari umi Zaya. Gadis yang memiliki kulit yang amat putih itu, menatap mobil berwarna merah di depan rumah besar umi Zaya.

SANTRIWATI PILIHAN UMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang