CHAPTER~06

173 9 6
                                    

06. HARAM UNTUK DI TATAP

.
.
.

Di teras

Dua orang manusia tengah duduk di kursi yang terbuat dari rotan, dengan jarak yang lumayan jauh.

Di sisi kiri, ada Alden yang duduk dengan mata yang terus menatap lekat ke arah Alana. Dan di sisi kanan, ada Alana yang duduk dengan pandangan menunduk sambil jari jarinya yang berkutak tak jelas.

"Oi mbak santri!" Nyolot Alden.

"Iya?"

Alden terdiam sesaat kala mendengar suara halus Alana. Terdengar lembut dan merdu di telinganya.

"Lo tau Laila kan?" Tanya Alden.

Alana sedikit mengeryit. Namun dengan cepat ia mengubah ekspresi wajahnya
"Kak Laila? Perempuan yang ber status pacar kak Alden kan?" Tebak Alana tepat sasaran.

Alden mengangguk
"Hm. Dan, gue cuma mau ngingetin, kalau semisalkan kita udah nikah nanti, lo jangan pernah larang Laila buat datang dan nyariin gue. Paham?"

Alana mengangguk pelan.

Alden sedikit memajukan kursinya agak lebih dekat pada Alana.

"Gue punya tantangan buat lo, kalau lo berhasil buat gue jatuh sama lo dalam waktu satu tahun ..." Alden sedikit menjeda.

"Gue, milik lo seutuhnya!"

"Tapi kalau gagal ... jangan nyalahin gue kalau lo gue cerain. Karena gue gak suka hidup satu atap sama perempuan yang gak gue cintai." Lanjut Alden.

"Dan, gue sengaja ngomongin ini dari awal biar nanti pas kita udah nikah, lo gak kaget, Alana Syafa Asifa." Final Alden, lalu langsung masuk ke dalam tanpa menghiraukan Alana lagi.

Alana? Gadis itu hanya diam sambil tersenyum tipis.

***

Di meja makan, sudah terpenuhi sekitar, tujuh orang.

Kiai Aksa yang duduk di kursi tunggal ujung meja makan, dan nyai Syakila yang duduk di samping kanan sang suami.

Ada gus Naren dan Asya yang duduk berdampingan di sisi kiri kiai Aksa.

Dan di samping gus Naren ada Alden yang duduk santai. Di hadapan Alden ada Alana yang ikut duduk sambil menikmati makanannya. Dan di samping Alana ada Herlina.

"Ekhm! Aca mau ngomong sesuatu!" Ucap Asya.

Alden memutar matanya malas
"Entah bencana apalagi yang akan tercipta." Gumam Alden.

Gadis berkuncir kuda itu berdiri. Kiai Aksa dengan raut wajah bahagia nya, menatap wajah putri kesayangan nya.

"Aku, Asyakila Kasifa Alzeina, putri dari papa Aksa Alzeinandra, dan mama Syakila Alkasifa, dan kembaran dari Narendra Aksara Alzeinandra ... mengumumkan bahwa, pohon mangga di belakang masjid utama pesantren, sudah berbuah!" Heboh Asya.

Kiai Aksa tersenyum paksa melihat kehebohan putrinya. Tadinya ia berpikir bahwa putrinya akan mengungkapkan sesuatu yang sangat penting. Rupanya ... pengumuman unfaedah.

SANTRIWATI PILIHAN UMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang