CHAPTER~18

186 14 11
                                    

18. KECEWA

.
.
.

"Ya allah kak Alden kok belum sampai sampai ya? Aku takut ..." lirih Alana, ia berdiri di samping jendela balkon kamarnya, ia menunggu mobil suaminya datang.

Dan..

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan gerbang rumahnya, Alana harap itu adalah Alden.

"Itu pasti kak Alden," gumam Alana penuh harap, senyuman manis terbit di bibir nya.

Dan saat pintu mobil tersebut terbuka, tampilah seorang lelaki berpenampilan gagah dan penuh wibawa.

Senyum yang tadinya mengembang sempurna, kini luntur begitu saja.

"Gus Naren ..." lirih Alana.

Dzt...dzt...

'Gus Naren'

Alana hanya melirik ponselnya saja, tanpa berniat sedikit pun untuk mengangkat telepon tersebut.

"Kak Alden dimana?" Lirih Alana. Entah mengapa ia begitu merasa takut.

Dzt...dzt...

'Gus Naren'

Alana semakin menangis deras, gus Narendra tak berhenti menelpon dirinya.

"Kak Alden, hiks ..."

Tangan Alana meraih ponsel nya dan mencari kontak Alden dan langsung menghubungi nomor Alden.

'Panggilan mu sedang di ahlikan, cobalah beberapa saat lagi.'

Tak menyerah, Alana terus mencoba menelpon Alden.

"Kak plis angkat telepon Alana ..." lirih Alana.

Ting nong!

Ting nong!

Mau tak mau Alana keluar dari kamarnya, meskipun begitu, ia tetap akan menghargai gus Narendra.

Sampailah Alana didepan pintu utama rumahnya.

Gadis berpakaian syar'i itu menarik nafas yang panjang dan memghembuskan nya secara perlahan.

"Bismilah."

Ceklek

"Assalamualaikum Alana, kenapa lama sekali?"

Alana yang menunduk dalam, memejamkan mata dengan erat.

"Na? Kenapa tidak menjawab salam saya?" Tanya gus Naren.

"Wa-alaikumsallam." Jawabnya gugup.

"Ayo ikut saya ke pesantren, ada hal yang ingin saya bicarakan." Ucap gus Narendra.

Alana menggeleng
"Afwan gus, apa tidak bisa berbicara disini saja? Kenapa harus di pesantren?"

Terdengar helaan nafas berat dari gus Narendra
"Ada satu hal yang harus kamu lihat Alana."

SANTRIWATI PILIHAN UMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang